Friday, August 01, 2008

Festival Bercerita: Dari Wayang Gantung ke Wayang Rumput

BANYAK media untuk bercerita atau mendongeng. Festival Bercerita Asean 2008, yang dibuka Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Farida Hatta Swasono, Kamis (31/7), di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), menyajikan hal itu. Dari Singkawang, Kalimantan Barat, Chin Nen Sin (66)— pewaris (generasi ketiga) seni wayang gantung yang satu-satunya di Indonesia itu—walaupun tampil sekilas, tetapi mampu memukau pengunjung yang memadati ruang pameran BBJ.

Wayang Gantung Singkawang, satu-satunya wayang yang tersisa dari Kota Singkawang, Kalimantan Barat, ditampilkan dalam pembukaan Festival Bercerita ASEAN di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan, Jakarta, Kamis (31/7). Selama tiga hari, 1-3 Agustus, 22 tokoh pendongeng dari berbagai negara ASEAN akan membawakan cerita rakyat dari masing-masing negara. (KOMPAS/LASTI KURNIA)

Chin Nen Sin, misalnya, dengan piawai memainkan wayang gantung dengan atraksi barongsai, juga dalam bentuk wayang. Wayang ini cuma satu-satunya di Indonesia dan hampir punah karena tidak ada yang meneruskan seni tradisi ini.

Dalam buku Peta Wayang di Indonesia (1993) dan Direktori Seni Pertunjukan Tradisional (1998/1999), juga tak dijelaskan soal wayang ini.

Chin Nen Sin akan kembali mementaskan wayang gantung pada Jumat (1/8) dan Sabtu (2/8) ini di BBJ. Sampai 4 Agustus mendatang, akan digelar 37 pentas, 45 program anak, serta 12 kertas kerja akan dibahas.

Pada pembukaan, selain Chin Nen Sin juga tampil sejumlah pencerita atau pendongeng dari Thailand, Vietnam, Laos, Brunei Darussalam, dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Mereka menampilkan cerita dongeng dengan caranya masing-masing.

Kongdeuane Nettavong dari Laos bercerita sembari memainkan khaen, alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Merdunya suara khaen membuat orang yang lumpuh bisa berjalan, orang sakit bisa sehat. Begitulah inti cerita dongeng yang dituturkan Nettavong, yang dikenal sebagai penulis, pendongeng, dan pendidik, yang kini menjabat Direktur Perpustakaan Nasional Laos.

Pertunjukan lain yang menarik dan memesona penonton adalah wayang rumput, yang dimainkan tiga dosen ISI Surakarta. ”Acara ini baru pertama kali diadakan di ASEAN untuk mempererat kerja sama ASEAN melalui kerja sama kebudayaan. Bacaan anak >small 2small 0<>small 2small 0< style="font-style: italic;">Kompas, Jumat, 1 Agustus 2008

No comments: