[JAKARTA] Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) bersama Bentara Budaya dan The Indonesia Board of Books for Young People menyelenggarakan Festival Bercerita dan Seminar Cerita Rakyat ASEAN di Bentara Budaya Jakarta pada 1-4 Juli 2008.
Acara ini bertujuan menumbuhkan imajinasi anak lewat sarana bercerita atau mendongeng.
Acara yang dibuka Kamis (31/7) oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan RI, Meutia Hatta Swasono ini dihadiri Ketua KPBA Murti Bunanta, Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi dan 22 tamu dari Asean, yakni Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja dan Jepang, pihak Kedutaan Malaysia untuk Indonesia.
Festival ini menampilkan beberapa kegiatan yang terangkum dalam pentas festival dan program anak di antaranya, mendemonstrasikan pembuatan cerita bergambar, cara membuat wayang, belajar menulis cerita anak, belajar membuat ilustrasi buku cerita anak, membuat boneka dongeng, dan mendongeng dengan musik serta pentas seni dan cerita rakyat dari negara masing-masing.
Pada Senin (4/7), penyelenggara akan mengadakan Seminar Cerita Rakyat ASEAN yang menghadirkan pembicara andal baik dari Indonesia maupun negara tamu.
Pada pembukaan festival, masing-masing negara mempersembahkan cerita rakyatnya yang paling populer.
Wakil negara Thailand akan mendongengkan kisah seorang raja kuat dan baik namun tidak bisa mengabulkan mimpi rakyatnya. Kemudian wakil Brunei Darussalam mengisahkan cerita rakyatnya yang disampaikan melalui syair lagu. Lalu wakil dari Laos, menceritakan asal muasal sebuah alat musik bernama Ken, yang sangat terkenal dan masih digunakan oleh penduduk di negara itu hingga saat ini. Konon, zaman dulu alat musik tersebut langsung diberikan oleh dewa kepada seorang anak desa yang bernama Kampa.
Dalam sambutan pembukaan, Meutia Hatta mengatakan cerita rakyat sangat penting untuk perkembangan mental dan imajinasi anak-anak. terlebih lagi jika dongeng dibawakan oleh orangtua, maka mengembangkan imajinasi anak seolah-olah dia menjadi bagian dari cerita itu.
Dikatakan, dongeng juga merupakan informasi yang sangat penting anak untuk perkembangan wawasannya. Dongeng tidak bisa digantikan oleh game-game di televisi.
"Dampaknya mendongeng sangat banyak baik pendidikannya maupun hiburannya. Sangat penting sehingga tidak dapat dibayarkan oleh permainan-permainan dari komputer itu," ujar Menteri usai pembukaan acara tersebut.
Senada dengan Meutia Hatta, Seto Mulyadi menilai dongeng sebagai pendidikan informal yang dimulai dari keluarga yakni ayah dan ibu. Selain penting untuk merangsang perkembangan kecerdasan, berbahasa, memperkaya emosional, dan kreativitas anak, dongeng juga membangun komunikasi dan kedekatan hubungan antara orangtua dan anak. [DMF/U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 1 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment