Pembelajaran Bahasa Indonesia Didominasi Guru
[JAKARTA] Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah masih cenderung didominasi guru dan guru pun masih berpedoman pada buku pelajaran semata. Padahal, bahan pelajaran atau materi pembelajaran dalam buku tersebut, hanya berdasarkan asumsi-asumsi para ahli dan perancang kurikulum yang kurang mengenal kebutuhan dan lingkungan siswa.
"Inilah yang terjadi di ruang kelas saat pembelajaran bahasa Indonesia," kata Gusnawirta Fasli Jalal, saat mempertahankan disertasi doktor yang bertajuk "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dan Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia," di Universitas Negeri Jakarta, Jumat (1/8).
Dikatakan, dari hasil pengamatan yang dilakukan di beberapa sekolah dasar (SD) di Jakarta menunjukkan, hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di tingkat SD nilai rata-rata di bawah 7. "Hasil belajar bahasa Indonesia yang rendah ini menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa belum tepat sasaran," katanya.
Kenyataan tersebut, lanjutnya, menggambarkan bagaimana persepsi dan interaksi antara siswa lainnya terabaikan dalam aspek instruksional. Sebagian besar pengajaran diarahkan guru untuk mengelola kesesuaian interaksi antara siswa dan materi. "Akibatnya, interaksi antara siswa dan guru serta antara siswa dan siswa lain sering terabaikan," katanya.
Pembelajaran Kooperatif
Dijelaskan, bagi anak di jenjang SD, pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran bahasa memberikan ruang kerja sama dan berbagi dalam aktivitas kreatif sesama anak. Di samping itu, katanya, aktivitas kerja sama menumbuhkan rasa nyaman saling memiliki dan diterima orang lain. "Perasaan tentang kesuksesan pertama bekerja sama dengan orang lain akan mempengaruhi hari-hari anak di jenjang selanjutnya," katanya.
Dikatakan, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia di SD. Misalnya, pembelajaran kooperatif, kemandirian belajar, dan motivasi belajar siswa.
Karena itu, katanya, prinsip yang mendasari guru mengajarkan bahasa Indonesia sebagai sebuah keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan makna, penekanan pada kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif antara guru dan siswa. "Guru diharapkan sebagai pemicu kegiatan berbahasa lisan dan tulis," katanya. [W-12]
Sumber: Suara Pembaruan, Sabtu, 2 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment