BERTEPUK tangan bagi masyarakat Desa Ampelu di Kabupaten Batanghari, Jambi, tidak sekadar untuk memberi pujian atau ungkapan rasa gembira. Tepuk tangan rupanya merupakan cara berkomunikasi di antara petani, pemelihara ternak, atau penyadap karet dalam hutan. Dalam perkembangannya, tepuk tangan menginspirasi masyarakat setempat jadi gerakan dalam tari.
Ini yang tampak pada pertunjukan tari zapin/dana di Langkan Budaya Taratak, Kotabaru, Kota Jambi, Sabtu (28/6). Tepuk tangan membikin ramai suasana malam itu saat 12 penari membawakan tari dana celepek. Celepak sendiri berarti bertepuk tangan.
Setelah menyaksikannya, kurator seni dari Universitas Malaka di Malaysia, Prof M Anis, menyatakan, tari ini layak ditampilkan pada Festival Zapin Nusantara II di Johor Bahru, Malaysia, 1-4 Agustus.
”Tarian yang sangat unik, dan begitu kuat nuansa melayunya,” tutur Anis.
Para penari berbusana baju kurung dengan warna terang dan mencolok, membikin segar mata. Ditambah tari-tarian dalam gerak yang begitu dinamis, dan pada banyak bagian mereka bersorak dan bertepuk tangan.
Menurut Tom Ibnur, sang koreografer, tarian ini diilhami oleh kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Ampelu. Mata pencarian mereka umumnya berladang, berkebun, dan memelihara ternak. Salah satu tanjung di tepi Sungai Tembesi menjadi tempat pemeliharaan kerbau.
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari itulah, mereka kerap bertepuk tangan ketika ingin memanggil kerabat atau tetangganya di seberang sungai, atau di bagian lain dalam hutan. Tepuk tangan bisa juga menjadi petunjuk bagi masyarakat untuk berkumpul pada waktu-waktu tertentu. Tepuk tangan bisa juga untuk mengusir hama.
Pada tari dana celepek, selain bertepuk tangan, ada pula gerakan yang terinspirasi dari kegiatan berladang, seperti gerak menumbuk, mengirik, dan menebas. Adapun musik yang mengiringi tarian ini berjudul Anak Ayam.
Selain tari dana celepek, terdapat tiga tari lagi yang bakal ditampilkan pada Festival Zapin Nusantara II mendatang, yaitu zapin kampung manggis, dana sungai keruh, dan dana seberang.
Menurut Tom, seluruh tarian ini terinspirasi pada tari aslinya di daerah masing-masing. Dia memberi sejumlah perubahan pada tarian dan kostum menyesuaikan kekinian. (ITA)
Sumber: Kompas, Selasa, 1 Juli 2008
No comments:
Post a Comment