Monday, June 30, 2008

Kesusastraan: Politisi Perlu Baca Sastra agar Lebih Manusiawi

Jakarta, Kompas - Politik sudah semakin beringas. Agar menjadi lebih manusiawi dan berpihak kepada rakyat kecil, politisi harus lebih banyak membaca dan mengapresiasi karya-karya sastra dan seni.

Pandangan itu mengemuka dalam acara sederhana Peresmian Komunitas Trusnan yang digagas anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Baharuddin Aritonang, di Jakarta, Sabtu (29/6).

Hadir dalam acara itu Hamsad Rangkuti, sastrawan peraih penghargaan Khatulistiwa Award, mantan wartawan yang juga sastrawan Sori Siregar dan Martin Aleida, serta sejarawan Basyral Hamidi Harahap.

”Sastra itu membuat politik menjadi lebih human. Sastra itu selalu memihak orang-orang yang tersingkirkan,” kata Martin.

Dia mencontohkan karya-karya sastra Pramoedya Ananta Toer yang mengangkat masalah sosial dan orang-orang tersingkirkan.

Aritonang yang pernah menjadi anggota DPR pada 1999-2004 dari Partai Golkar dan sekarang mulai menggeluti dunia sastra juga mengakui hal itu. ”Saya membuat komunitas dengan sastrawan karena merasa mereka itu hidupnya lebih ikhlas dan jujur. Politik sekarang ini sudah terlalu jauh dari seni. Sudah beringas,” tutur penulis buku Orang Batak Naik Haji itu.

Soekarno

Hamsad juga mengingatkan bahwa Soekarno merupakan politisi yang sangat mengapresiasi nilai-nilai seni dan sastra. ”Di istana banyak tersimpan lukisan bermutu tinggi,” ujarnya.

Dia juga mengharapkan para seniman yang sudah masuk ke dunia politik atau duduk di jajaran pemerintahan bisa memberi nuansa seni sehingga politik menjadi lebih humanis. (SUT)

Sumber: Kompas, Senin, 30 Juni 2008

No comments: