Sunday, June 01, 2008

Pustaka: Buku Pengubah Iman

MUSIM panas 1987. Dua puluh satu tahun lalu. Ingrid Mattson akan mengadakan perjalanan panjang karena mau bekerja di daerah perkebunan di kawasan pegunungan British Columbia, provinsi Kanada bagian paling barat, bersisiran dengan lautan Pasifik Utara.

Dia berangkat dari Kitchener-Waterloo, Ontario, kampung halamannya, wilayah timur yang banyak danau. Waktu itu perempuan asli kulit putih ini baru lulus dari Universitas Waterloo, Ontario, Kanada, dan sedang dalam masa-masa awal secara personal mempelajari Islam. Ia menempuh perjalanan dengan kereta api. Beberapa hari menjelang berangkat itulah dia menemukan buku Islam karya Fazlur Rahman di sebuah toko buku. Dia bawa buku itu sebagai salah satu bekal, dan sepanjang perjalanan itu dia baca-baca.

"Selama membaca buku itu dalam perjalanan menyusuri padang rumput, membuat saya memutuskan melamar sekolah pascasarjana di bidang kajian Islam. Buku Fazlur Rahman memancarkan hasrat yang amat besar dalam diri saya untuk mempelajari warisan teologi dan hukum Islam klasik," kata dia tentang kehebatan buku tersebut.

"Saya malah melangkah lebih maju, memutuskan mengirim sepucuk surat kepada beliau --ini semua terjadi sebelum kita semua menggunakan e-mail; menjelaskan keadaan yang saya alami dan bertanya apa mungkin belajar dalam bimbingannya. Saya menaruh surat di kotak pos di dekat-dekat daerah pegunungan Rocky dan kemudian lupa sampai saya pulang ke rumah di daerah timur pada Agustus. Di sana saya dapat balasan tulisan tangan dari beliau, mengundang saya agar datang ke Universitas Chicago dan belajar bersama beliau. Rahman meninggal sebelum saya tiba di Chicago, tapi buku dialah dan dorongannya yang menginspirasi saya untuk memulai memasuki jalan setapak pada pembelajaran yang saya rasakan begitu berharga," lanjut Ingrid.

Di rentang panjang aktivitas dan akademik, pada 2000 perempuan berjilbab ini terpilih sebagai wakil presiden ISNA (Islamic Society of North America), lantas pada 2006 terpilih sebagai presiden. Dia menjadi perempuan kulit putih sekaligus mualaf pertama yang memimpin lembaga tersebut, sebuah organisasi Islam terbesar di Amerika utara yang berperan penting dalam penyiaran Islam.

Akan halnya Islam, buku itu terbit pertama kali pada 1966 oleh Holt, Rinehart, and Winston. Pada 1968 hak ciptanya dibeli Anchor Books. Sejak 1979 ada di tangan The University of Chicago Press, dan kini menjadi buku klasik pengantar Islam, sejarah dan peradabannya, termasuk membahas perbedaan, sekte, dan geliat memasuki zaman modern. Tulisan Rahman analitik sekaligus kritis. Edisi Indonesia terbit pada 1984 oleh Penerbit Pustaka berdasar edisi 1979, disertai epilog yang baru ditambahkan.

Bukan hanya buku Islam yang mampu mengubah iman seseorang. Alquran sudah tentu merupakan contoh utama mengapa seseorang akhirnya mau berserah diri dan bersaksi untuk memeluk Islam. Orang yang akan saya sebut ialah Cat Stevens dan Mark Hanson.

Cat Steven sudah begitu terkenal karena dia dulu salah seorang ikon generasi 70-an dan penyanyi legendaris yang menelurkan banyak hits. Dia mendapat oleh-oleh Al-Quran pada 1976 dari kakaknya yang melancong ke Yerusalem. Kakaknya menghadiahi itu karena tahu kecenderungan spiritualitas Cat Stevens.

"Itu betul-betul awal penemuanku pada Islam. Waktu itu belum ada berita tentang Islam. Islam waktu itu masih rahasia. Hanya ada sedikit buku ketimuran yang mengulas sekilas agama ini. Saya membaca Alquran dan menemukannya sendirian, tanpa seorang pun bilang pada aku cara memikirkan dan menafsirkannya. Sungguh heran bahwa aku tak menemukan agama ini sebelum ini," ujar Cat Steven.

Praktis Cat menemukan Islam bukan dari dakwah Muslim lain. Dia mulai menemukan ketenangan diri dan mengawali transisi menuju Islam, sampai akhirnya memeluk Islam dan mengubah nama menjadi Yusuf Islam.

Mark Hanson lebih kritis lagi kondisinya ketika memutuskan masuk Islam. Pada 1977, ketika umurnya 17, dia mengalami kecelakaan mobil sampai membuat dirinya mengalami peristiwa menjelang kematian (NDE, near-death experience.) Dalam proses perawatan itu dia membaca Alquran dan akhirnya mengubah hatinya berpaling menuju Makkah. Dia memilih nama baru: Yusuf Hamza.

Setelah itu dia berkelana ke negeri-negeri Arab dan Afrika Utara, belajar Islam baik di universitas maupun ulama di sana. Setelah lebih dari satu dasawarsa, dia kembali ke AS mengambil kajian agama di San Jose State University. Pada 1996 bersama Hesham Alalusi dia mendirikan Zaytuna Institute, berbasis di Hayward, San Francisco Bay, California. Kini dia kerap mendapat perhatian media dan pengamat politik karena diundang Presiden George W Bush pasca peristiwa 9/11 dan jadi penasihat nonformal untuk urusan Islam, bahkan pemerintah Inggris pun suka berkonsultasi kepadanya.

Keith Ellison, Muslim pertama yang jadi anggota Kongres AS dari Partai Demokrat, sangat terpengaruh waktu baca The Autobiography of Malcolm X (1965), karya yang diceritakannya kepada Alex Haley, penulis keturunan Afrika-Amerika terkemuka. Waktu itu tahun 1983, Ellison berumur 19, masih kuliah di Wayne State University.

Pada dasarnya universitas tersebut sudah lama terkemuka, merupakan pusat bagi perkembangan aktivis kulit hitam. "Saya begitu terilhami buku itu," ujar dia, sebagaimana dipublikasi baystatebanner.com. Ditambah pertemanan dengan sesama mahasiswa di sana yang telah mempraktikkan agama Islam, akhirnya dia pindah keyakinan. Dia cenderung memilih aliran Sunni yang menurutnya lebih moderat.

Cerita keempat orang ini menunjukkan betapa buku menjadi sesuatu yang penting bagi peradaban. Buku bisa mengubah dan menggerakkan mental. Lama-lama mental membentuk seseorang menjadi seperti yang sekarang dilihat atau didefinisikan orang lain. Nah, mungkin kini giliran saya boleh tanya, "Buku apa yang bisa mengubah Anda?" (Anwar Holid )

Sumber: Republika, Minggu, 01 Juni 2008

No comments: