Saturday, June 28, 2008

Kraton Yogyakarta Bangun Dialog Budaya

DIALOG antarmasyarakat etnik sangat diperlukan bangsa Indonesia, sehingga dapat memberikan warna peradaban. Dialog membuat rasa kebersamaan untuk saling menghargai satu sama lain, sehingga tercipta transformasi dan akulturasi budaya. Sampai kini, Kraton Yogyakarta terus membuka ruang dialog budaya untuk membangun peradaban bangsa.

Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X, dengan transformasi budaya, bisa mengugat kesadaran setiap orang, apakah merasa identitas etnik di provinsi-provinsi lain. Rasa kehilangan bisa tumbuh kembali melalui pemahaman budaya. Kearifan-kearifan lokal ternyata tidak sekedar hanya tradisi yang dirasakan sebagai suatu kebiasaan dalam perilaku pola pikir, tetapi sebetulnya adalah hakekat peradaban sebagai suatu bangsa.

"Kiranya khazanah budaya, kearifan tradisi dan simbol-simbol filosofi dapat mewarnai Kraton Yogya yang bisa dikontribusikan dengan masyarakat etnik di republik ini. Harapan saya, ada buku-buku yang bisa memberikan pemahaman kepada kita bersama, terhadap tradisi-tradisi budaya masyarakat etnik," ujar Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta saat peluncuran buku Kraton Jogja-Sejarah dan Warisan Budaya di Gandaria City, Jakarta, baru-baru ini.

Sultan menambahkan dengan membaca buku Kraton Jogja, minimal ada dialog budaya dan terjadi transformasi budaya di antara masyarakat etnik yang belum saling kenal serta menghargai kebudayaan masing-masing. Bagi sebagian orang, merasa kehilangan sesuatu, karena selama ini membicarakan aspek-aspek yang bersifat ekonomi, tetapi lupa akan pendekatan-pendekatan budaya sebagai kearifan-kearifan lokal.

"Sebelum republik ini ada, sudah terbentuk segenap masyarakat terdiri dari berbagai etnik yang ada sebagai bentuk tradisi dan tercipta suatu dialog. Dialog budaya didalam konteks mereka, mempunyai kebersamaan yang erat sebagai bangsa," jelas Sultan.

Sultan berharap suatu saat akan ada ensiklopedia menyangkut Kraton Yogyakarta. Dengan terbitnya buku budaya, bisa memberikan motivasi pada masyarakat etnik yang lain, agar mau menerbitkan buku yang sama, supaya dapat terjadi dialog budaya dan transformasi bersama. Sesama nantinya akan dapat menghargai, walaupun pun lewat buku dan saling memberi informasi. Nantinya setiap tamu negara maupun duta besar yang hadir di Yogya, akan diberikan kenang-kenangan berupa buku budaya Indonesia.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Indonesia Kebanggaanku, Rudy Pesik, menyatakan peluncuran buku Kraton Yogyakarta merupakan wujud kepedulian atas warisan sejarah dan budaya yang besar nilainya. Selain untuk menghargai budaya sendiri, juga bertujuan mempromosikan budaya asli Indonesia.

"Melalui buku ini, diharapkan masyarakat dunia dapat lebih memahami betapa besarnya kekayaan budaya bangsa Indonesia, terutama yang ada di Yogyakarta. Tantangan kita sebagai masyarakat adalah bagaimana memanfaatkan kekayaan budaya tersebut, menjadi salah satu kekuatan kita, dalam menghadapi berbagai tantangan yang yang berat dewasa ini. Saya yakin nilai-nilai yang ada di Kraton Yogyakarta, masih relevan di era modern," kata Rudy yang juga menulis buku Keris Jawa.

Senada dengan itu, Presiden Indonesia Marketing Association (IMA), YW Junardy melihat potensi Kraton Yogyakarta sebagai salah satu diferensiasi yang kuat. Kraton Yogyakarta merupakan aspek sentral dalam upaya mengembangkan Trade, Tourism dan Investment (TTI). Pada bidang pariwisata,Yogyakarta mempunyai potensi untuk menjadi salah satu wisata dunia.

Pemahaman akan budaya setiap generasi kadarnya otomatis akan lebih longgar dan hal itu bisa dipahami, tetapi bagaimanapun sebagai manusia akan membentuk budaya baru. Nantinya akan terjadi suatu gradasi kualitatif terhadap aspek-aspek yang sudah ada, karena setiap generasi akan terbarui. Yogya memprioritas 80 persen untuk lokal dan 20 persen untuk asing, berbeda dengan provinsi Bali yang lebih memprioritaskan wisata asing.

Sebelumnya, buku Kraton Jogja telah diterbitkan dalam versi bahasa Inggris oleh IMA dengan judul Kraton Jogja - The History and Cultural Heritage, dan diluncurkan bersamaan dengan logo Yogya - Never Ending Asia. [HDS/U-5]

Sumber: Suara Pembaruan, Sabtu, 28 Juni 2008

No comments: