[JAKARTA] Sebanyak 717 gerai ikut memeriahkan Pekan Produk Budaya Indonesia 2008 di Jakarta Convention Center, Senayan. Kegiatan yang berlangsung hingga 8 Juni 2008 ini menampilkan beragam produk hasil kerajinan karya anak bangsa berbasis warisan budaya.
Sejumlah penari beristirahat sejenak sebelum pegelaran tari berlangsung di pameran"Pekan Produk Budaya Indonesia 2008" di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (4/6). Pameran tersebut berlangsung dari 4 - 8 Juni 2008 ini diharapkan dapat meningkatkan citra positif karya anak bangsa dari hasil pengembangan produk warisan budaya Indonesia. (SP/Abimanyu)
Ketua Umum Pekan Produk Budaya Indonesia (PPBI) 2008 Fauzi Aziz mengatakan jika menggali kembali budaya di Indonesia yang terwarisi dari pendahulu-pendahulu, Indonesia memiliki banyak tata nilai maupun produk-produk warisan budaya.
Dikatakan, jika dikelola dengan baik, produk warisan budaya itu bisa menyumbangkan nilai tambah bagi kegiatan ekonomi masyarakat. Di sisi lain, upaya itu bisa melalui penciptaan lapangan kerja, wirausaha, eksport dan tentunya nilai tambah sendiri dalam bentuk kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Indonesia punya banyak pilihan untuk mengembangkan sektor-sektor berwa- risan budaya yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk pengembangan ekonomi kreatif. Hal itulah yang melatarbelakangi produk-produk warisan budaya harus terus ditumbuh kembangkan sebagai kekuatan pilar baru ekonomi Indonesia masa depan," kata Aziz kepada SP, setelah berkeliling melihat pameran di Jakarta Convention Center, Rabu (5/6).
Pameran PPBI merupakan salah satu media untuk menyadarkan rakyat membangun citra positif, agar punya harapan bisa menjadi sumber pertumbuhan baru. Para peserta di pameran tersebut kebanyakan anak-anak muda yang punya punya talenta dan bakat, dalam mengembangkan animasi dan kerajinan-kerajinan dengan desain-desain terbaik.
"Pameran ini hampir melibatkan 717 stand budaya yang terpakai penuh oleh berbagai variasi-variasi produk mulai dari produk kerajinan dan produk berbasis ekonomi kreatif seperti desain, animasi, fashion, dan segala macam," papar Aziz yang juga sebagai Direktur Jendral Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian.
Dikatakan, industri kerajinan dari seluruh kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif, merupakan kontributor terbesar terhadap warisan budaya. Hal inilah yang kemudian menjadi optimistis yakin, sudah saatnya tumbuh kembangkan produk-produk berbasiskan warisan budaya kreatif.
Tiga kekuatan yang harus dikelola, yaitu dukungan pemerintah, kemampuan intelektualitas para peserta yang terlibat serta di dalamnya mengandung unsur wirausaha dan ditopang oleh sistem pembiayaan yang teratur.
Sementara itu, peserta PPBI 2008 Jember Fashion Carnaval (JFC) turut memamerkan hasil produk mereka yang bisa dibilang fantasis dan unik. Hal ini, karena JFC mementaskan lain dari para peserta lainnya yang mengambil hati para pengunjung dan membuat orang berdecak kagum.
JFC memamerkan fashion berdasarkan isu yang lagi hangat atau sedang tren. Misalnya pada masalah lingkungan hidup (alam) atau global warming. Tema pada 2007 sampai Agustus 2008 adalah Borneo, yang merupakan budaya dari daerah Kalimantan yang hampir punah, bila tidak dijaga kelestariannya.
"Para peserta yang turut ambil bagian dalam event ini, sebelumnya sudah ikut inhouse training, yang di dalamnya diajarkan tentang fashion dance, fashion run way, fashion design, dan lainnya," ujar Manager Suporting Team, Hendy Rendrawan.
Menurut Hendy, hal ini dilakukan supaya mereka memiliki pemahaman sendiri untuk membangun kreativitasnya sendiri dalam merancang karya yang diinginkan. Bahan-bahan maupun tata rias, para peserta sendiri yang mengatur sesuai keinginan dan tentunya tidak lepas dari tema yang diangkat.
Sudah ada beberapa tema yang diangkat, misalnya defile forest, defile punk, defile gypsi, dan masih masih lagi. Defile forest merupakan salah satu yang mengangkat tema isu bumi, yang harus terjaga kelestariannya. Kostum yang digunakan dalam tema ini berupa kostum dengan suasana hutan. Kostum tersebut terdapat daun-daun hijau yang dibuat secara kreatif dengan berbagai cara dan adanya akar-akar pohon yang berwarna cokelat. [HDS/U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Kamis, 5 Juni 2008
No comments:
Post a Comment