Monday, June 09, 2008

Sanggar Budaya sebagai Pusat Multikulturalisme

WATES, KOMPAS - Lima sanggar budaya dan dua panggung budaya baru kini hadir di Provinsi DI Yogyakarta. Keberadaan sanggar budaya diharapkan tidak hanya mengakomodasi budaya lokal, tetapi juga budaya dari daerah lain sehingga mampu tumbuh sebagai pusat kegiatan multikultural.

Kelima sanggar budaya itu adalah Sanggar Budaya Agastya di Umbulharjo, Kota Yogyakarta; Sanggar Budaya Eyang Cakrajaya di Piyungan, Bantul; Sanggar Budaya Sayuti Melik di Pakem, Sleman; Sanggar Budaya Taruna Wisata di Pathuk, Gunung Kidul; serta Sanggar Budaya Gerbang Desaku di Sewon, Bantul. Dua panggung budaya adalah Panggung Budaya dan Pengelolaan Pupuk Organik di Piyungan, Bantul, dan Panggung Budaya Singlon di Pengasih, Kulon Progo.

Peresmian penggunaan semua sanggar dan panggung budaya dilakukan langsung oleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Sabtu (7/6), di Pengasih, Kulon Progo, DI Yogyakarta. Sanggar budaya ini merupakan hasil kerja sama Pemerintah Provinsi DIY, Forum Merti Dusun, dan PT Bank Danamon Indonesia.

Dalam sambutannya, Sultan mengapresiasi berdirinya sanggar dan panggung budaya. Kehadiran sanggar dan panggung budaya memiliki arti penting untuk menghadirkan kembali rasa kebersamaan dan guyub masyarakat melalui aktualisasi kegiatan seni dan budaya sebagai wujud kearifan lokal.

Sultan berharap bangunan sanggar dan panggung budaya nantinya mampu menjadi embrio bagi berkembangnya proses multikulturalisme di Provinsi DIY. Untuk itu, pengembangan sanggar budaya sebaiknya juga melibatkan unsur-unsur budaya yang berasal dari daerah lain.

”Dengan demikian, sanggar budaya bisa berfungsi sebagai alat pemersatu, tempat berlangsungnya dialog dan transfer pengetahuan antarbudaya, sekaligus menjadi pusat kegiatan akulturasi budaya,” kata Sultan.

Tumbuhnya pusat-pusat multikulturalisme di Yogyakarta diharapkan mampu menjadi tren dan memicu munculnya bentuk kegiatan sejenis di daerah lain. Menurut Sultan, kehadiran pusat multikulturalisme akan mencegah dominasi suatu budaya atas budaya yang lain.

Mencegah kepunahan

Bupati Kulon Progo Toyo Santoso Dipo menuturkan, kehadiran sanggar dan panggung budaya dirasa penting untuk mencegah punahnya budaya dan tradisi lokal akibat terjangan arus budaya global. Tanda-tanda kepunahan budaya lokal pun sudah terlihat di Kulon Progo. ”Dulu, setiap memasuki masa panen, setiap warga pasti melakukan upacara wiwit padi, namun dewasa ini tradisi itu sudah semakin jarang dilakukan,” kata Toyo. (YOP)

Sumber: Kompas, Senin, 9 Juni 2008

No comments: