Friday, December 04, 2009

Pariwisata Tanah Air: Wisata Situs, Mereka-reka Masa Keemasan

-- Myrna Ratna

INGINKAH Anda merasakan sensasi yang membangkitkan rekaan tentang kehidupan ratusan tahun silam ketika Kerajaan Majapahit (abad XIII- abad XV) mencapai masa kejayaannya? Jejak masa keemasan itu ada di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Situs Segaran di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, yang merupakan salah satu kolam kuno Majapahit. Kolam ini memiliki panjang 375 meter dan lebar 125 meter. (FOTO-FOTO: KOMPAS/MYRNA RATNA)

Mungkin inilah satu-satunya situs kota di Indonesia yang luasnya sekitar 11 km x 9 km (99 km persegi) dan menyimpan ratusan ribu peninggalan arkeologis, baik yang sudah ditemukan maupun yang masih terkubur.

Mampirlah ke kolam kuno Majapahit, Segaran, yang memiliki panjang 375 m dan lebar 125 meter, dengan ketinggian dinding 3,16 meter. Kolam yang sampai saat ini masih dialiri air tersebut tak ubahnya telaga di tengah kota. Pada zaman Majapahit, Segaran merupakan tempat rekreasi sekaligus tempat untuk menjamu tetamu dari luar negeri.

Konon, saking makmurnya kerajaan ini, setelah perjamuan usai, peralatan makan, seperti sendok dan piring yang terbuat dari emas, dibuang ke kolam (Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan, I Made Kusumajaya, Aris Soviyani, Wicaksono Dwi Nugroho).

Sempatkan juga mengunjungi situs Wringin Lawang dan duduk di pelatarannya yang asri. Gapura berbentuk simetris dan dibangun dari batu merah ini diduga merupakan bagian dari tembok keliling kota. Temuan-temuan arkeologis yang ditemukan di sekitar situs berupa sumur-sumur kuno menguatkan dugaan bahwa wilayah ini dulunya merupakan kawasan permukiman. Suasana di sekitar situs yang relatif sepi, hamparan rumput yang luas dengan semilir angin yang tak henti, membuat tempat ini menjadi tetirah yang menenangkan.

Menikmati

Begitu banyak situs penting di Trowulan sehingga untuk menikmatinya mungkin membutuhkan waktu lebih dari sehari. Di antaranya, ”ikon” Trowulan: Candi Brahu dan Candi Tikus. Candi Tikus merupakan bangunan petirtaan yang memiliki puluhan pancuran. Juga sejumlah makam (yang kerap dikeramatkan), seperti makam Putri Campa (permaisuri Raja Majapahit terakhir, Brawijaya), pekuburan Islam kuno Troloyo yang membuktikan adanya komunitas Muslim di dalam kota kerajaan Majapahit, dan makam Panjang yang menunjukkan adanya penghuni Trowulan sebelum era Majapahit.

Untuk ”menyatukan” mozaik pemahaman yang didapatkan lewat situs-situs yang tersebar di Kecamatan Trowulan, ada baiknya kita meluangkan waktu ke Museum Trowulan yang jaraknya tak jauh dari situs Segaran. Di sini gambaran kejayaan Majapahit tersajikan secara lebih utuh dan sistematis.

Kebetulan, kunjungan pada pertengahan November itu bertepatan dengan Pameran Majapahit yang diselenggarakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia yang bekerja sama, antara lain, dengan Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Pameran ini memperkaya pemahaman pengunjung tentang tingkat peradaban di Trowulan pada era Majapahit, mulai dari sistem pemerintahan, perdagangan, hubungan luar negeri, teknologi, arsitektur, pertanian, hingga seni kerajinan.

Situs yang berada di sebelah selatan halaman Museum Trowulan, misalnya, memperlihatkan sisa-sisa bangunan permukiman pada era Majapahit. ”Hasil penggalian ini sangat penting karena menunjukkan struktur lengkap sebuah rumah zaman Majapahit, termasuk selokan dan saluran airnya,” kata guru besar luar biasa Departemen Arkeologi FIPB Universitas Indonesia, Prof Dr Moendardjito, sambil menunjuk ke arah situs permukiman BPA (balai penyelamatan arkeologi). Moendardjito saat ini merupakan Ketua Tim Evaluasi, Rehabilitasi, Relokasi, dan Rancang Ulang Pusat Informasi Majapahit di Trowulan.

Kekaguman makin bertambah ketika saya diizinkan menengok ruang penyimpanan benda-benda purbakala berupa koleksi benda-benda terakota, keramik,

logam, dan batu yang masing-masing memiliki ”gudang” sendiri. Koleksi yang jumlahnya ribuan ini tidak dipamerkan untuk umum. ”Kami masih memiliki puluhan ribu koleksi lainnya yang disimpan di tempat rahasia, demi alasan keamanan,” kata Fatoni dari Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Mojokerto.

Sumber: Kompas, Jumat, 4 Desember 2009

No comments: