Judul : Percik Pemikiran Para Kiai
Penulis : Syamsul Arifin Munir
Penerbit : LKiS, Yogyakarta
Tahun : Pertama, Mei 2009
Tebal : xiv + 244
DI Indonesia, kiai mempunyai peran yang sangat signifikan dalam membumikan Islam. Selain itu, Kiai juga andil besar dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Melalui perjuangannya yang tulus itu telah terukir bermacam prestasi, antara lain peran dalam penyediaan sarana pendidikan yang terjangkau, pemimpin sekaligus motivator masyarakat, pendidik, dan penjaga gawang tradisi Islam ahlusunnah wal jamaah di Indonesia.
Kepemimpinan para kiai tidak boleh dipandang sebelah mata. Banyak di antara mereka yang setiap hari harus mondar-mandir berdakwah, berceramah dan mengajar dengan ikhlas. Sampai-sampai di antara mereka ada yang tidak sempat menelurkan gagasan-gagasan briliannya ke dalam tulisan, baik buku ataupun kitab. Ada juga yang berkesempatan menuliskan pemikirannya, tapi terbatas dalam bentuk tulisan arab. Jadinya, karya mereka hanya bisa dinikmati kalangan tertentu saja. Berangkat dari pemikiran itulah, Syamsul Munir Amin bersusaha menyusun buku ini.
Buku ini adalah bunga rampai pemikiran para kiai NU yang kebanyakan tidak sempat menulis dalam bentuk buku utuh. Dalam buku ini kita bisa melihat pemikiran-pemikiran K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Ali Yafie, K.H. Idham Chalid, K.H. Ahmad Siddiq, dan lainnya.
Tema yang dibahas oleh para kiai dalam buku ini cukup beragam, dari hakikat Islam sampai perbincangan soal kebangsaan, rumah tangga, sains dan tekhnologi modern. Bentuknya awalnya pun--sebelum ditertibkan oleh penyusun--beragam, ada yang berbentuk rekaman ceramah, makalah seminar, khotbah Iduladha, ada juga yang merupakan tanya jawab. Tak heran jika buku ini tampil dengan tema yang warna-warni.
Buku ini menghadirkan kembali "masa lalu" pemikiran dan renungan para kiai agar bisa dijadikan cermin dan renungan bagi generasi Islam sekarang dan akan datang. Lazimnya sebuah pemikiran yang lahir pada masa lalu, tentu saja dari tulisan-tulisan yang dimuat dalam buku ini ada dapat terus dibaca dan sesuai dengan konteks saat ini.
Namun tak sedikit pula yang harus dipahami sebagai sumbangan masa lalu yang memang tepat sekali pada saat itu dan mungkin tidak tepat untuk konsumsi saat ini.
Tampak sekali, penyusun buku ini ingin menyampaikan bahwa para kiai tersebut telah melakukan hal-hal yang terbaik pada zamannya. Mereka telah berusaha dengan maksimal, mencurahkan segala daya pikir dan tenaga untuk sebuah bangsa bernama Indonesia yang kebetulan mayoritas penduduknya beragama Islam. Cermin keteladanan inilah yang penting sekali, mengingat umat Islam di masa sekarang banyak yang sudah apatis, tak peduli dengan keadaan dan kondisi bangsa. Tak peduli dengan yang namanya "melakoni Islam", kebanyakan hanya mengaku ber-Islam.
Para kiai yang sedikit-pemikirannya dimuat dalam buku ini tampak sekali tidak sedang mengaku ber-Islam, tetapi menjadikan Islam sebagai cara bahkan bagian hidup itu sendiri. Di tulisan mereka kita bisa menangkap bahwa makna ber-Islam terasa lebih mendalam daripada Islam yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh Islam kini yang banyak bicara mengenai Islam, tetapi sejatinya hati mereka kering dari Islam. Islam yang diperlihatkan oleh para kiai dalam buku ini terasa lebih dari sekadar bahan omongan ringan. Ia adalah jalan yang harus dilakoni dengan jujur oleh orang Islam.
Buku ini menghadirkan lautan hikmah kehidupan yang diejawantahkan dalam pikiran dan tindakan para kiai. Mereka adalah guru yang menjadi teladan dan panutan umat Islam. Kepada mereka kita becermin, mengambil hikmah dari perjuangan dan pemikirannya.
Agus Hariyanto, Pegiat pustaka pada Center for Democracy and Islamic Studies (CDIS) Semarang.
Sumber: Lampung Post, Minggu, 13 Desember 2009
No comments:
Post a Comment