TEORI evolusi yang dikemukakan Charles Darwin kini diakui banyak orang tak semata hasil pemikiran Darwin seorang. Sebelum Darwin berani memublikasikan teori yang memutarbalikkan ide asal-usul kehidupan tersebut, di Ternate, Maluku Utara, pada 1858, seseorang bernama Alfred Russel Wallace mengirimkan naskahnya kepada Darwin.
Tampaknya mereka tiba pada kesimpulan yang lebih kurang sama mengenai persebaran dan evolusi spesies. Setahun kemudian, Darwin menerbitkan karyanya, The Origin of Species, setelah diyakinkan oleh kesimpulan-kesimpulan Wallace dalam naskah dari Ternate tersebut. Kini keduanya disandingkan sejajar sebagai penemu teori evolusi.
Bagi Indonesia, Wallace mempunyai peran penting, mengingat Indonesia memiliki persebaran fauna yang tidak lazim, mengikuti perubahan permukaan bumi pada masa lampau. Wallace-lah yang menjelaskan mengapa fauna Sulawesi begitu khas, berbeda dengan fauna di bagian barat maupun timur Indonesia.
Garis Wallacea yang membagi fauna Indonesia menjadi dua bagian tersebut mendapatkan namanya dari sang penemu, Alfred Russel Wallace. Setelah delapan tahun menjelajah Nusantara pada pertengahan abad ke-19, Wallace membagi pengalaman, petualangan, dan ilmu pengetahuannya dalam The Malay Archipelago atau ”Kepulauan Nusantara”.
”Alfred Russel Wallace adalah nama besar dalam jagat ilmu pengetahuan dunia. Namun, melalui bukti-bukti, peninggalan Wallace dapat dengan nyata teraba dan dengan mudah teridentifikasi bahwa dia adalah bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Sayangnya, Wallace dan karya besarnya, The Malay Archipelago, di Indonesia masih terlupakan,” tutur Sangkot Marzuki, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Wallacea Indonesia.
Ditambahkan, di Ternate—tempat ia lama bekerja dan tempat sesungguhnya teori akbar mengenai evolusi lahir—sampai tahun lalu sama sekali bersih dari tanda-tanda yang mengingatkan adanya penemuan paling besar pada abad ke-19 itu. (POM)
Sumber: Kompas, Sabtu, 12 Desember 2009
No comments:
Post a Comment