Sleman, Kompas - Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta mengusulkan agar bangunan candi yang ditemukan di kawasan kampus Universitas Islam Indonesia Yogyakarta diberi nama Candi Kimpulan, sesuai nama dusun tempat candi ditemukan. Namun, Universitas Islam Indonesia mengusulkan untuk mengganti nama tersebut dengan nama lain yang lebih berbau pendidikan.
”Apalagi, di candi itu ditemukan arca Ganesha yang merupakan Dewa Pengetahuan,” kata Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edy Suandi Hamid di Sleman, Jumat (25/12).
Menurut Edy Suandi, UII siap melakukan pemugaran total atas candi kuno yang ditemukan di areal kampus UII Jalan Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta. Candi yang ditemukan memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi yang sejalan dengan napas pendidikan UII.
”Sebagai artefak budaya, candi itu tentu memiliki sejarah tersendiri. Itu merupakan suatu nilai positif untuk mencerdaskan masyarakat,” kata Edy Suandi.
Oleh karena itu, candi yang saat ini masih dalam tahap penelitian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta itu perlu dipugar wujudnya agar bisa terlihat seperti sedia kala. ”UII tidak berkeberatan untuk memperbaiki dan menjaganya,” kata Edy.
Jika telah selesai dipugar, Edy mengatakan, candi itu akan terbuka untuk dikunjungi masyarakat umum. ”Tinggal bagaimana pengaturannya saja,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Djoko Dwiyanto mengatakan, secara otomatis, candi itu telah menjadi benda cagar budaya yang dilindungi undang-undang. ”Namun, kepastian apakah akan dipugar total atau tidak masih bergantung pada penilaian dan keputusan BP3,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah candi peninggalan Mataram Kuno (abad IX-X M) ditemukan di areal kampus UII, 11 Desember lalu, saat beberapa pekerja proyek pembangunan perpustakaan tengah menggali fondasi. Setelah dilakukan penggalian oleh BP3 dalam beberapa hari terakhir, candi itu diketahui berbentuk bujur sangkar berukuran 6X6 meter. BP3 juga menemukan arca Ganesha dan Lingga-Yoni (ENG).
Sumber: Kompas, Sabtu, 26 Desember 2009
No comments:
Post a Comment