EVI Idawati pernah populer sebagai seorang artis layar kaca. Kedalaman pemahamannya tentang peran, bisa dilihat dalam aktingnya di sinetron dan film televisi Balada Dangdut, Dongeng Dangdut, Ketulusan Kartika, Wanita Kedua, Satu Kakak Tujuh Keponakan dan lain-lain.
Evi juga aktif main drama kolosal. Trilogi Oidipus, Cabik, Titik Titik Hitam, Sumur Tanpa Dasar dan Kapai Kapai adalah beberapa diantara sejumlah drama yang pernah dimainkannya di seputar Yogyakarta dan beberapa kota lainnya di tanah air.
Tetapi itu beberapa tahun yang silam. Kini alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta kelahiran tahun 1973 ini lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menulis.
Dengan menikmati dunia penulisan kreatif, Evi merasa lega karena berhasil menumpahkan ide-idenya kedalam beragam karya tulis seperti puisi, cerita pendek, novel,skenario film dan sinetron. Ia juga menulis esai.
Satu persatu karya tulis Evi kemudian mengalir ke redaksi koran-koran dan majalah di Jakarta dan daerah. Halaman sastra dan budaya harian umum Suara Karya termasuk diantara sejumlah media nasional yang kerap memuat karya-karyanya.
Baru-baru ini, Evi meluncurkan novel terbarunya bertajuk Teratak. Novel 207 halaman itu diterbitkan oleh Puri Sewon Asri, Yogyakarta, sebuah penerbitan yang belakangan banyak merilis buku-buku sastra.
"Teratak mengisahkan tentang semangat berjuang seorang ibu yang hidup penuh dengan penderitaan," ujar Evi.
Novel itu ditulis dalam bahasa gaul yang mudah dipahami warga pedalaman Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta. Terdapat banyak dialek-dialek khas bahasa gaul wong Jogja di buku itu.
"Saya menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikan novel tersebut. Bahkan, selama menulis novel itu, banyak order Cerita Pendek dari sejumlah redaktur budaya nggak sempat tertangani," ujar Evi yang untuk menulis Teratak ia sempat melakukan survei langsung ke beberapa lokasi yang ditulisnya.
"Mesti begitu agar ada kedalaman, ada hal-hal baru yang perlu dikabarkan kepada pembaca," cerita Evi kemudian.
Teratak adalah buku kesekian instruktur drama ini. Beberapa waktu sebelumnya Ia juga merilis Mahar, buku kumpulan cerita pendeknya yang pernah dipublikasikan di sejumlah media nasional. Buku kumpulan cerpen Evi lainnya Dokumen Jibril (diterbitkan Republika) kemudian Malam Perkawinan (diterbitkan Grasindo) dan Perempuan Kedua (diterbitkan Pilar Media).
Jauh sebelum itu, ia juga meluncurkan beberapa antologi puisi seperti Pengantin Sepi, Puisi Tak Pernah Pergi (diterbitkan Kompas), Malioboro (diterbitkan Bulan Bahasa) dan banyak lainnya.
Anda ingin memiliki buku novel Teratak? Sejak beberapa watu yang silam buku tersebut sudah diedarkan di banyak toko buku, termasuk toko-toko buku Gramedia.
"Tetapi jangan buru-buru mengeluh jika tak lagi mendapatkan novel itu di Gramedia Blok-M, Jakarta Selatan. Soalnya sejak dalam proses pembuatannya, pesanan dari sejumlah kalangan terhadap novel itu deras sekali. Jadi,kalau nggak dapet di Gramedia cari di toko buku yang lain," lanjutnya.
Lalu, apa yang dipetik Evi dari ketekunannya menggeluti dunia penulisan kreatif?
Ditanya demikian, enteng saja Evi menjelaskan bahwa dunia penulisan akan menjadi dunia yang paling menyenengkannya karena selalu memberikan kepuasan batin. (Ami Herman)
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 26 Desember 2009
No comments:
Post a Comment