Judul Buku: As Tears Dry Out
Pengarang: Nuthayla Anwar
Penerbit: Fayla Production
Tahun Penerbitan: Agustus 2009
Tebal: 206 halaman
SETIAP orang punya kisahnya. Setiap orang juga punya menu makanan favoritnya. Dua hal itulah yang kemudian dijalin Nuthayla Anwar secara menarik oleh perempuan cantik berusia 40 tahun dalam buku kumpulan cerpen berjudul As Tears Dry Out (ketika air mata mengering). Ia mampu membangun kisah-kisah kemanusiaan yang sarat makna, di mana menu makanan sebagai bagian dari kisahnya.
Menu soto betawi misalnya, digunakan Nuthayla sebagai pintu masuk dari buku setebal 206 halaman tersebut. Kisah pertama menceritakan menu soto betawi yang menjadi menu favorit ayahnya. Dari soto betawi itu mengalir kisah romantis pasangan suami-istri yang telah menikah selama 25 tahun dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Ketika suami tercinta meninggal dunia, sang istri menjadi merana. Istrinya menjadi sangat kesepian karena ketiga anaknya hanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Untuk menjaga "keberadaan" suaminya, ia memasak soto betawi setiap hari, kendati diprotes anak-anaknya. Soto berwarna putih itu menjadi saksi hati istri yang nelangsa ditinggal suami dan anak-anaknya.
Selain itu ada kisah-kisah menarik lainnya yang dibangun dari menu makanan makaroni panggang, makanan Italia bernama lasagna, nasi mutabagiah (nasi goreng ala Arabia), puding roti, sambal goreng udang, roti goreng keju, hingga donat kentang. Tak hanya cerita, buku tersebut juga memasukan resep makanannya agar pembaca bisa merasakan makanan yang kerap disebut-sebut dalam cerita.
Pilihan judul as tears dry out bukan tanpa arti. Karena 12 cerpen yang ada dalam buku tersebut sarat dengan kisah-kisah kelam seputar hubungan asmara dan romantikanya. Saat cinta harus terbanting, air mata pun mengering (as tears dry out). Karena dalam hidup, cinta kadang harus mengalami kehilangan, prasangka, benturan, bahkan kebencian.
Memang, antara cinta dan makanan bisa terjadi kisah manusia, terungkap hikmah, pelipur sukma. Selain itu juga bisa menerbitkan selera.
Dunia tulis-menulis sebenarnya cita-citanya sejak kecil. Namun, kesibukan mengurus rumah tangga membuat alumnus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta ini melupakan cita-cita masa kecil itu. Impiannya itu kemudian membuncah ketika anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan ia punya banyak waktu luang.
Ke-12 cerpen itu dibuat saat mendampingi suaminya membuka bisnis di Malaysia pada awal 2004 lalu. Saat menunggu suami dan anak-anaknya pulang dari aktivitas harian Nuthayla mulai kembali menekuni hobi lamanya, menulis. Didukung oleh hobinya memasak, maka jadilah kumpulan cerpen yang memadukan dua hal tersebut.
Cerpen dan resep makanan merupakan kombinasi dari dua unsur penting dalam hidup manusia, yaitu bahasa dan makanan. Sebagai pemula, karya Nuthayla tak bisa dipandang sebelah mata. Kisah yang sarat makna bisa dijadikan pelajaran bagi kehidupan, terutama bagi ibu rumah tangga. Paling tidak, kita bisa berkaca dan mensyukuri kehidupan. (Tri Wahyuni)
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 5 Desember 2009
No comments:
Post a Comment