Thursday, November 27, 2008

Permenungan Butet dalam "Presiden Guyonan"

[JAKARTA] "Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati. Dari mana datangnya musibah? Dari ponsel nyemplung ke bui. Mas Celathu tidak bermaksud bikin plesetan. Tapi, benar-benar ingin merekam kesaksian sebuah pencapaian kebudayaan, yang akhirnya menelikung nasib manusia..."

Aktor Butet Kartaredjasa membacakan kolom-kolomnya dari bukunya "Presiden Guyonan" sambil bermonolog dalam pentas peluncuran bukunya di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail, Marzuki, Jakarta, Rabu (26/11). (SP/Alex Suban)

Kalimat di atas merupakan cuplikan kolom berjudul Mengutuk Ponsel dari buku Presiden Guyonan karya Butet Kartaredjasa (47). Buku berisi 54 judul sketsa sosial yang muncul dalam kolom mingguan, Celathu, di koran Suara Merdeka, terbitan Semarang itu, diluncurkan di Jakarta, Rabu (26/11).

Permenungan Butet soal ponsel itu didasari pada kenyataan ponsel kini bukan hanya suatu simbol status, tetapi mampu menjungkirbalikkan tatanan kehidupan. Karier dan nasib orang, gampang terperosok lantaran ponsel. Seorang jaksa ketahuan mengemis sogokan dan memperdagangkan pasal-pasal hukuman, gara-gara transaksinya lewat ponsel berhasil disadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seorang wakil rakyat tersandung kariernya gara-gara mempertontonkan nafsu primitifnya di layar ponsel.

Selain soal ponsel, jelajah permenungan Butet yang mulai muncul September 2007 itu, juga merambah isu-isu hangat seperti maraknya kekerasan, kecelakaan beruntun sarana transportasi, kepemimpinan, hingga pro-kontra Undang-Undang Pornografi.

Butet, seperti dikatakan Mohamad Sobary, dalam pengantar yang diberi judul Di Tangan Butet, Dunia Penuh Tawa, menawarkan konsep campur aduk antara mengkritik, sekadar membuat lelucon, mengejek, mencemooh, dan sekaligus diam-diam membalas dendam. Ia menjadi sejenis ikon yang menjanjikan tombo ati siapa pun yang kecewa. Ia mewakili aspirasi banyak orang.

Presiden Guyonan adalah buku perdana Butet. "Ya, karena baru sempat mencetak dana menerbitkannya," kata Butet, ditemui seusai peluncuran.

Acara peluncuran buku itu sendiri berlangsung "khas Butet". Selain dimeriahkan Orkes Sinten Remen pimpinan Djaduk Ferianto, juga tampil Slamet Rahardjo Djarot, Whani Dharmawan, dan Happy Salma, yang masing-masing membacakan satu artikel, serta Trie Utami yang membawakan satu lagu. Butet pun menutup acara dengan bermonolog. [A-18/G-4]

Sumber: Suara Pembaruan, Kamis, 27 November 2008

No comments: