Monday, November 10, 2008

Sosok: Ikon Persahabatan Jepang-Indonesia

-- Amir Sodikin

NAMANYA belum banyak dikenal baik di Jepang maupun di Indonesia. Akan tetapi, gadis ini membawa segala keberuntungan yang tak disengaja. Dia menjadi ikon 50 tahun ulang tahun hubungan persahabatan Indonesia- Jepang, juga ikon olahraga selancar di Jepang. Tak cuma itu, dia juga menjadi ikon olahraga seluncur salju.

Serba ikon? ”Ah.. kebetulan saja, kebetulan tak ada penyanyi yang lahir dari pasangan Jepang-Indonesia,” kata Lisa Halim (23) di Pekan Raya Persahabatan 50 Tahun Indonesia-Jepang, Indonesia-Japan Expo 2008 di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta.

Lisa sudah merasa tak asing lagi dengan Indonesia karena ayahnya orang Indonesia, sedangkan ibunya orang Jepang. Ini adalah kali yang ketiga dia datang ke Indonesia.

Perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia tak membuat Lisa kesulitan menjadi dirinya sendiri. Ayahnya tak sempat memperkenalkan lebih banyak soal budaya Indonesia karena ayahnya meninggal saat Lisa masih di sekolah menengah.

”Saya masih ingat cara ayah makan pakai tangan,” begitu Lisa mengenang ayahnya. Maklum, Lisa dan orang-orang Jepang umumnya lebih akrab dengan sumpit.

”Ketika ayah masih ada, yang saya ingat ayah suka perabot kerajinan yang serba dari kayu,” katanya. Lisa sama sekali tak bisa bahasa Indonesia. ”Ayah mahir bahasa Jepang, dia tak ajarkan bahasa Indonesia,” katanya.

Kenangan terhadap ayahnya menginspirasi dia membuat lagu Daddy, yang akhirnya menjadi judul dari album pertama Lisa yang dirilis di bawah label indie Tower Records. ”Album itu memang untuk ayah saya,” katanya.

Album itu membuat namanya dikenal di Jepang dan juga di Indonesia. Lisa juga dikenal di beberapa negara Asia yang menggandrungi musik pop Jepang atau dikenal dengan J-Pop.

Ramai di internet

Namanya unik, sehingga dengan mudah kita bisa menemukan Lisa Halim yang satu ini di dunia maya. Banyak yang mencari Lisa di internet karena penasaran dengan karakter suaranya yang khas J-Pop.

Sebagai pendatang baru, namanya mulai dikenal di Indonesia karena tahun ini dia didaulat menjadi ikon persahabatan kedua bangsa. Lagu-lagunya sering diputar radio-radio di Indonesia dalam program Tokyo Beat 2008 yang diprakarsai Japan Foundation.

Di beberapa website, termasuk Youtube, lagu-lagu Lisa dengan mudah bisa dinikmati dan banyak mendapat respons pencinta J-Pop. Bahkan, ada yang memperjualbelikan kumpulan lagu J-Pop dalam bentuk MP3, beberapa lagu di dalamnya termasuk milik Lisa.

Lisa terkejut ketika diberi tahu lagunya di Youtube justru banyak dikunjungi orang Indonesia. ”Oh iya? Saya senang mendengarnya, tujuan saya membuat lagu memang biar bisa didengar banyak orang Indonesia,” katanya.

Menjadi ikon persahabatan memang bukan hal mudah. Namun, Lisa mengungkapkan kegembiraannya bisa memerankan posisi penting itu.

”Tujuan saya bagaimana membuat orang Jepang mengenal Indonesia, begitu sebaliknya Indonesia mau mengenal lebih lanjut budaya Jepang,” katanya. Bagi remaja seusia dia, tugas itu begitu berat, tetapi dengan sosoknya itulah remaja Indonesia tertarik.

Sejak 10 tahun

Pada ulang tahunnya yang ke-10, ibunya memberi hadiah album Whitney Houston, I Will Always Love You. karena cocok, dia putar lagu-lagu itu hampir tiap hari.

Di usia 15 tahun, dia menyanyikan salah satu lagu populer Whitney Houston dan Mariah Carey, When You Believe. Percaya atau tidak, penampilan pertama itulah yang membuka karier Lisa. Selanjutnya, dia menulis lagu Moon. Penyanyi Jepang, Tina, pun tertarik menyanyikannya.

Lisa merupakan karakter pada umumnya remaja Jepang, suka dengan lagu pop Jepang yang lembut dan romantis. ”Saya berusaha membuat lagu yang tenang, seperti alunan suara angin laut. Kebanyakan lagu-lagu saya tulis di alam terbuka,” katanya.

Lisa juga menyukai laut. Dia juga dikenal sebagai perempuan penyanyi Jepang yang ikut bermain selancar di laut. Di darat, dia penggila olahraga papan seluncur es. ”Ah... surfing itu cuma hobi. Saya bukan atlet, saya cuma bisa surfing dan snowboarding, jadi saya bukan profesional,” katanya. Terlepas dari pengakuannya itu, keterlibatan Lisa di dunia olahraga lagi-lagi mendatangkan keberuntungan.

Album Lisa laku di lingkungan komunitas selancar dan seluncur es. Majalah khusus selancar pun mengulas album Lisa sebagai liputannya.

Sosok Lisa kemudian menjadi ikon olahraga selancar dan seluncur es. ”Itu tak sengaja, tapi saya suka karena komunitas surfing dan snowboarding jadi mengenal lagu-lagu saya,” katanya.

Dari kecintaan pada laut dan selancar, Lisa menjadi ikon merek dari produk selancar untuk perempuan, Roxy. Lagu tema Roxy Challenge 2007, pertandingan selancar terbesar di Jepang, diciptakan Lisa yang menjadi single terpopuler yang pertama kali dirilis di bawah major label, berjudul Air Rhytm.

”Lagu-lagu saya banyak diperdengarkan di radio, dari situlah nama saya dikenal,” katanya. Berikutnya sudah bisa ditebak, Lisa yang diterima di komunitas seluncur es, akhirnya juga mengeluarkan theme song serupa.

Lagu Flow with It/Pearl Drops yang dirilis akhir 2007 dibuat Lisa untuk pergelaran snowboard dan ski Winter Sports Festa Season 7. Juga pada Tiger Sahara Cup, pertandingan snowboard ke-26 di seluruh Jepang. Lisa sering terlihat di televisi menyanyikan theme song ini.

Maka, lagu-lagu Lisa pun sering diperdengarkan pada ajang perlombaan olahraga itu. Dia juga kebagian rezeki menjadi pembawa acara snowboarding ”Yuki Joshi” yang ditayangkan Chukyo TV mulai Januari 2008. Lagi-lagi, lagunya, Home, menjadi theme song acara ini.

Drama di ”handphone”

Namanya terus mendapat perhatian. Single ketiganya, Setsunaikurai, Ai Shiteta (I Loved You Painfully) kembali digunakan sebagai theme song drama Teddy Bear, drama yang pertama kali ditayangkan untuk telepon genggam.

Lagu-lagu Lisa lumayan banyak diburu penikmat J-Pop untuk digunakan sebagai nada sambung pribadi di telepon seluler. Di internet, secara legal lagu-lagu Lisa bisa dinikmati di www.myspace.com/lisahalim.

”Saya senang ada orang Indonesia yang tahu tentang saya dan mau mendengar lagu saya. Itu saja sudah cukup bagi saya. Saya ingin ke sini sesering mungkin untuk mempererat hubungan Indonesia-Jepang,” katanya.

Selain main di ajang Indonesia-Japan Expo 2008, Lisa juga ke Bali untuk pertunjukan dalam rangka The First Garuda Bali International Marathon 2008. Lagu Tomorrow, yang akan dirilis untuk album keduanya pada Desember 2008 nanti, diperdengarkan khusus untuk ajang olahraga itu.

Di acara Indonesia-Japan Expo 2008, Jumat (7/11), Lisa tampil membawakan lagu-lagu ciptaannya, termasuk Daddy, dan tak lupa ia membawakan lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang yang sudah lama diidolakan orang-orang Jepang.

Gesang dan Lisa memang berbeda ”domain”, berbeda generasi, berbeda teknologi penyampaian. Akan tetapi, sosok maestro Gesang, dan siapa tahu: sosok Lisa ”generasi Youtube”, sama-sama berembus mengalir sepanjang waktu. Menerobos sekat-sekat perbedaan Jepang- Indonesia. ”Flow with It,” kata Lisa.

Sumber: Kompas, Senin, 10 November 2008

No comments: