Wednesday, November 19, 2008

Tradisi: Darah Baru Keroncong Tugu

-- Mulyawan Karim

Angela Michiels (7) membuat pengunjung Festival Kampoeng Toegoe terpesona, Sabtu (15/11). Tepuk tangan membahana seusai ia membawakan lagu rakyat Portugis, ”Tres Pombinhas” (Tiga Merpati) dan ”Bintang Kejora”, lagu anak-anak gubahan AT Mahmud.

Vokalis kelompok Kerontjong Toegoe Junior, Angela Michiels, menyanyi dalam Festival Kampoeng Toegoe di Kompleks Gereja Tugu, Jakarta Utara, Sabtu (15/11). (KOMPAS/AGUS SUSANTO / Kompas Images)

Bocah perempuan itu pun menjadi fokus jepretan kamera belasan wartawan foto dan kamerawan televisi yang meliput acara yang digelar di halaman Gereja Tugu, Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Meski umurnya baru tujuh tahun, Angela sama sekali tak terlihat canggung tampil di atas panggung. Rupanya, ia mewarisi bakat ibunya, Saartje Michiels, biduanita keroncong tugu kawakan. Wajah cantik indonya merupakan nilai tambah yang menjadikan Angela pusat perhatian semua orang sepanjang siang hari itu.

Angela, yang bernama lengkap Angela Julliete Margriette Ermestine Michiels, adalah vokalis Krontjong Toegoe Junior, orkes keroncong bocah Kampung Tugu. Siang itu ia tampil diiringi musik keroncong yang dimainkan rekan-rekannya.

Mereka adalah Arend Michiels (11) pada biola, Nabila Formees (15) pada cello, Adrian Michiels (9) pada prounga (gitar berdawai tiga), Augusta MH (17) pada mecina (gitar kecil berdawai empat), Revila Formess (16) pada contra bass, George Febrian Adolf M (11) pada gitar, dan Rafeel Formees (7) yang bermain rebana.

Keroncong adalah musik warisan para tentara keturunan Portugal yang dibawa VOC Belanda dari Malaka ke Batavia sebagai tawanan perang pada pertengahan abad ke-17. Mereka kemudian bermukim di Kampung Tugu dan menjadi nenek moyang warga asli Kampung Tugu yang sekarang.

Krontjong Toegoe Junior dibentuk oleh para anggota Krontjong Toegoe, salah satu grup musik keroncong yang ada di Kampung Tugu, yang para anggotanya adalah para musisi dewasa. Tujuannya untuk mewariskan kecintaan kepada musik keroncong dan menjadikannya tetap lestari.

Menurut musisi keroncong Arthur Michiels (40), Krontjong Toegoe Junior baru berdiri pada awal September. Penampilan di acara Festival Kampoeng Toegoe, Sabtu lalu, merupakan penampilan perdana mereka di hadapan khalayak ramai,” papar Arthur, pemain contra bass grup Krontjong Toegoe yang juga pelatih Krontjong Toegoe Junior.

Kemauan sendiri

Arthur menambahkan, ia dan para musisi seangkatannya merupakan musisi keroncong tugu generasi kesepuluh. Dengan demikian, para anggota Krontjong Toegoe Junior merupakan para pemusik keroncong tugu generasi yang ke-11.

”Tak ada yang memaksa mereka bermain keroncong. Anak-anak itu sendiri yang ingin belajar. Karena kemauannya sendiri, mereka bisa belajar dengan cepat. Hanya dalam dua bulan, mereka sudah menguasai semua instrumen dengan baik,” ujar Arthur lagi.

Namun, jumlah lagu dalam repertoar Krontjong Toegoe Junior juga masih terbatas. Kecuali ”Tres Pombinhas”, lagu-lagu lain yang sudah bisa mereka bawakan dengan baik adalah, ”Cafrinho”, ”Krontjong Toegoe”, ”Nina Bobo”, ”Bintang Kejora”, ”Zo Veer van Jou”, dan beberapa lagu pop lainnya.

”Namun, kami melarang mereka membawakannya karena itu lagu orang dewasa,” kata Andre Michiels (41), pembimbing lain Angela dan kawan-kawan.

Dalam acara pembukaan Festival Kampoeng Toegoe, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghadiahkan seperangkat instrumen keroncong baru kepada masyarakat Kampung Tugu. Hadiah diserahkan oleh Kepala Suku Dinas Kebudayaan DKI Jakara Pinondang Simanjuntak, mewakili Gubernur Fauzi Bowo.

”Hal ini menunjukkan keseriusan kami dalam usaha melestarikan keroncong tugu sebagai kekayaan budaya yang terdapat di Jakarta Utara,” kata Kepala Suku Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Jakarta Utara Nanny Ophir Yani yang juga penanggung jawab acara Festival Kampoeng Toegoe.

Bagai gayung bersambut, hadiah diterima dengan sukacita oleh warga Kampung Tugu, terutama para bocah awak Krontjong Toegoe Junior. Mereka berharap boleh memakai alat-alat baru itu.

Rasa untuk bisa memainkan alat instrumen itu karena sebagai grup baru penerus tradisi keroncong tugu, mereka memang belum punya perangkat instrumen musik keroncong yang lengkap.

Sumber: Kompas, Rabu, 19 November 2008

2 comments:

sanggarsenianggitasari said...

sipp bang tolong dukung seniman terutama seniman daerah
http://sanggarsenianggitasari.blogspot.com

sanggarsenianggitasari said...

sipp bang tolong dukung seniman terutama seniman daerah
http://sanggarsenianggitasari.blogspot.com