JAKARTA, KOMPAS - Walaupun pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, kompetensi Bahasa Indonesia siswa tidaklah menggembirakan. Data hasil ujian nasional tiga tahun terakhir menunjukkan penurunan nilai Bahasa Indonesia. Selama ini Bahasa Indonesia ditempatkan siswa sebagai kurang favorit, setelah mata pelajaran eksakta dan ilmu sosial lain.
Kondisi ini diperparah karena Bahasa Indonesia di beberapa sekolah di daerah diajarkan oleh guru di luar bidang studi rumpun bahasa, antara lain dari bidang hukum, agama, olahraga, sejarah, bahkan matematika. Persoalan guru Bahasa Indonesia tidak hanya pada soal kuantitas saja, tetapi lebih pada kualitas.
Demikian benang merah yang mengemuka dalam panel hari terakhir Kongres IX Bahasa Indonesia, Jumat (31/10) di Jakarta. Kenyataan soal pelajaran Bahasa Indonesia dan guru Bahasa Indonesia yang memprihatinkan itu juga diungkapkan Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas Baedhowi, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas Burhanuddin Tola, dan Ketua Asosiasi Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Endry Boeriswati.
Baedhowi mengatakan, untuk tingkat SMP, nilai rata-rata UN Bahasa Indonesia tahun 2006 adalah 7,46, tahun 2007 turun menjadi 7,39, dan tahun 2008 turun menjadi 7,00. Untuk tingkat SMA jurusan bahasa nilai rata-rata Bahasa Indonesia tahun 2006 adalah 7,40, kemudian tahun 2007 turun menjadi 7,08 dan tahun 2008 turun lagi menjadi 6,56. Hal yang sama terjadi untuk SMA jurusan IPA dan IPS.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas Burhanuddin Tola memaparkan data yang lebih lengkap, 15 tahun terakhir, tentang rendahnya nilai rata-rata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurutnya, rendahnya nilai ini karena tujuan penilaian kurang dipahami banyak pihak. Yang dikejar cuma nilai akhir saja.
Ketua Asosiasi Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Endry Boeriswati mengatakan, kurang favoritnya Bahasa Indonesia menyebabkan rendahnya minat siswa memilih jurusan Bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Jurusan Bahasa Indonesia di sejumlah perguruan tinggi kekurangan mahasiswa, bahkan ada yang terancam ditutup. (NAL)
Sumber: Kompas, Sabtu, 1 November 2008
No comments:
Post a Comment