ABAD ke-21 mencatat nama Jacques Derrida sebagai salah satu filosof yang memengaruhi wacana pemikiran dan dunia akademis. Ketika postmodernism dan poststrukturalism lagi hangat-hangatnya di Tanah Air awal 90-an, nama Derrida selalu disebut dalam setiap diskusi, tulisan-tulisan sastra-budaya, maupun kajian-kajian akademis di kampus.
Derrida adalah filsuf Prancis keturunan Yahudi yang lahir di Aljazair, 15 Juli 1930. Ia tercatat sebagai pendiri filsafat dekonstruktivisme dan salah seorang tokoh poststrukturalism.
Tahun 1949, Derrida pindah ke Prancis, di mana ia tinggal sampai akhir hayatnya. Ia kuliah dan mengajar di Ecole Normale Superieure di Paris.
Derrida pernah mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Cambridge. Pada 9 Oktober 2004, ia meninggal dunia karena serangan kanker.
Derrida sangat dipengaruhi filsuf Edmund Husserl dan ahli bahasa Ferdinand de Saussure. Derrida merasa dirinya dekat dengan teaterwan dan pemenang Nobel asal Irlandia, Samuel Beckett.
Teks-teks falsafi Derrida banyak ditentang oleh para pembaca. Derrida sendiri berkata bahwa mereka yang marah membaca teks-teksnya tidak mau beradaptasi membaca buku-bukunya.
Dalam filfasatnya, Derrida menolak pandangan yang mempertentangkan filsafat dengan ilmu pengetahuan. Ia menolak jika dikatakan ilmu pengetahuan menyingkirkan filsafat atau filsafat tidak mempunyai lingkup gerak karena perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut Derrida, ilmu pengetahuan dan filsafat merupakan hal yang sama karena keduanya berakar dalam rasionalitas yang sama.
Differance adalah istilah yang dikenalkan Derrida pada 1968. Konsep lahir dari penelitiannya tentang teori Saussurean dan teori bahasa strukturalis.
Sebuah kata tidak mempunyai arti tetap dalam dirinya. Kata sebagai signifier dibedakan dari konsep, ide, persepsi atau emosi yang ditunjukkan oleh kata itu. n WIKIPEDIA/DBS/P-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 November 2008
No comments:
Post a Comment