Monday, November 17, 2008

Sastrawan Minang Maju karena Watak "Pemberontak"

JAKARTA, KOMPAS - Sastrawan Indonesia dari dulu banyak yang berasal dari Minang. Begitu juga tokoh-tokoh intelektual nasional banyak berasal dari daerah yang bergaris keturunan matrilineal ini.

Demikian benang merah seminar ”Menumbuhkembangkan Bakat dan Kemauan Menulis Karya Sastra di Ranah Minang” pada rangkaian Pameran Buku Nasional di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (15/11). Tampil sebagai pembicara, sastrawan dan Ketua Dewan Kesenian Sumatera Barat Dr Harris Effendi Thahar serta sastrawan Remy Sylado dan Taufiq Ismail.

Harris mengatakan, orang Minang bisa muncul dan menguasai peta sastra dan khazanah intelektual karena watak ”pemberontak” dan berpikir merdeka. Mereka memiliki watak yang kukuh dan terang-terangan mengatakan tak setuju dengan penguasa.

Remy Sylado berpendapat, kepandaian orang Minang karena sendi kebudayaan Minang terjaga dalam tindak-tanduk manusianya berupa peringatan kata-kata bijak: syara’ mengata, ’adat memakai. Atau syara’ nan lazim, ’adat nan qawij.

Harris menjelaskan, pada masa awal perkembangan sastra Indonesia modern, banyak penulis sastra terkemuka berasal dari Minang, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Hamka, Abdul Muis, Asrul Sani, Chairil Anwar, dan Usmar Ismail.

Sementara itu, Taufiq Ismail lebih banyak berbicara soal perkembangan sastra di Indonesia yang kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

”Kondisi ini disebabkan pengajaran membaca, mengarang, dan apresiasi sastra di sekolah masih terkebelakang,” ujar Taufik Ismail. (NAL)

Sumber: Kompas, Senin, 17 November 2008

No comments: