Monday, November 17, 2008

Pers: Mengenal Organisasi Wartawan di Amerika

ORGANISASI profesi wartawan di Indonesia bisa dihitung dengan jari, misalnya Aliansi Jurnalis Independen, Persatuan Wartawan Indonesia, dan Perhimpunan Jurnalis Indonesia. Sementara di Amerika Serikat, dan Washington DC khususnya, ternyata banyak dan sangat beragam.

Misalnya, National Press Club (NPC) memiliki cabang di hampir setiap kota besar di AS. Ada Free Press yang tugas utamanya melakukan lobi terhadap kebijakan kewartawanan di Washington DC dan Gridiron Club yang merupakan organisasi elite pimpinan kantor berita di Washington DC.

Selain itu, juga ada asosiasi wartawan spesialis di bidang tertentu, seperti National Geographic Society yang memfokuskan liputan mengenai hal-hal ilmiah dan berhubungan dengan lingkungan hidup serta peradaban manusia. Beberapa organisasi kewartawanan yang berpengaruh di AS dan wilayah Washington DC, antara lain, NPC (www.npc.press. org). NPC merupakan organisasi kewartawanan yang bermarkas di Washington DC dan telah dikenal banyak kalangan sebagai salah satu organisasi ternama di dunia.

Anggota NPC terdiri dari wartawan, mantan wartawan, pejabat penerangan pemerintah, dan mereka yang dianggap sebagai sumber berita. Sejak organisasi ini didirikan tahun 1908, hampir setiap tahun presiden AS yang sedang menjabat dipastikan telah mengunjungi organisasi ini dan menjadi anggota, kecuali Presiden Warren Harding.

Mereka yang telah berbicara di podium NPC, antara lain, adalah para raja, perdana menteri, anggota parlemen, anggota kabinet, duta besar, pimpinan perusahaan besar, dan para atlet negara lain. NPC mendukung industri media cetak, siaran berita radio/televisi, dan berita internet.

Organisasi wartawan lainnya adalah Newspaper Guild (www.newsguild.org). Ini adalah organisasi serikat pekerja kewartawanan yang bermarkas di Washington DC. Organisasi ini dibentuk tahun 1933 dan saat ini memiliki keanggotaan yang mencapai 32.000 orang di AS, Kanada, dan Puerto Rico.

Keanggotaan Newspaper Guild telah diperluas untuk mencakup para pekerja di perusahaan koran, selain para wartawan. Selain berafiliasi dengan American Federation of Labor and Congress of Industrial Organizations (AFL-CIO) dan International Federation of Journalists, organisasi ini telah bergabung dengan Communications Worker of America pada tahun 1995.

Selain itu, ada juga White House Correspondents Association (www.whca.net). Organisasi ini adalah organisasi kewartawanan di Washington DC yang wartawannya biasa meliput presiden AS. Didirikan pada tahun 1914, isu yang ditangani WHCA, antara lain, mengenai akses wartawan kepada presiden AS dan kondisi serta situasi pada saat press briefing di Gedung Putih.

WHCA memiliki acara tahunan, yakni makan malam yang diadakan pada hari Sabtu terakhir bulan April. Tradisi ini ternyata sudah berlangsung sejak tahun 1920 dan dihadiri presiden dan wakil presiden AS. Jadi, pada acara bulan April 2009 nanti, WHCA akan melakukan santap malam bersama presiden AS yang baru hasil pemilu yang akan dilakukan pada 4 November 2008.

Organisasi wartawan

Di Amerika, ada lagi organisasi yang ada kaitannya dengan profesi wartawan, yakni The Gridiron Club (www.gridironclub.org). Organisasi ini didirikan tahun 1885 sehingga termasuk organisasi kewartawanan paling bergengsi dan tertua di Washington DC.

Jumlah anggota The Gridiron Club 65 orang, yang mewakili kantor-kantor berita terbesar, sindikasi berita, majalah berita, dan jaringan siaran televisi. Keanggotaannya tidak terbuka untuk umum alias sangat eksklusif, hanya berdasarkan undangan, serta pada umumnya diperuntukkan bagi kepala biro kantor berita di Washington DC.

Tetapi, akhir-akhir ini, figur media, seperti Tim Russert dari NBC News, Bob Schieffer dari CBS News, Mara Liasson dari National Public Radio, dan Judy Woodruff dari PBS, juga telah menjadi anggota. Organisasi ini juga dikenal melalui acara makan malam tahunan yang diadakan pada musim semi sekitar bulan Maret dan dihadiri presiden AS dan wakil dari partai politik AS.

Meski Amerika dikenal sebagai negara bebas dan liberal serta menghormati hak-hak individu, sejumlah kalangan menyebutkan bahwa presiden AS yang sedang memerintah serta kelompok kepentingan di negeri itu bisa melakukan ”intervensi” terhadap politik pemberitaan media massa yang berpusat di Negeri Paman Sam itu.

Kontroversi soal politik pemberitaan media massa barat hingga kini masih berlangsung, termasuk di Amerika sendiri. Isu ini biasanya dikaitkan dengan kebijakan Pemerintah AS yang menjadi sorotan dunia. Misalnya, pengiriman pasukan AS ke Irak dan Afganistan dikaitkan dengan isu yang diangkat oleh media massa barat.

Organisasi wartawan lainnya adalah Free Press (www.freepress.net). Ini adalah organisasi nonpartisan pembela media terbesar di AS dengan lebih dari 500.000 anggota. Salah satu tujuan utama Free Press adalah memastikan agar kebijakan industri media tetap kompetitif dan tetap memerhatikan kepentingan publik akan informasi.

Oleh karena itu, organisasi ini mengkritik keras proses konsolidasi media dan memperjuangkan nilai ketidakberpihakan jejaring internet. Pada tahun 2002-2008, organisasi ini telah menjadi salah satu organisasi utama yang mendukung program save the internet dan stop big media coalition. Free Press memiliki staf tetap yang bertugas melobi di Washington DC.

Sementara itu, National Geografic Society (www.nationalgeographic.com) merupakan organisasi wartawan lingkungan hidup yang didirikan tahun 1888 dan bermarkas di Washington DC. NGS adalah salah satu institusi nirlaba ilmiah dan pendidikan di dunia.

Fokus liputan NGS berhubungan dengan topik geografi, arkeologi dan ilmu alam, promosi lingkungan hidup, serta konservasi situs dan barang bersejarah, serta penelitian mengenai budaya dan sejarah sebuah peradaban di dunia.

Yuni Salim, wartawan yang bekerja untuk Voice of America (VOA) sejak tahun 2004, mengatakan, selama bertugas di Washington DC, dirinya tidak diharuskan untuk ikut dalam organisasi wartawan di AS.

”Itu tergantung penugasan ya. Kalau bertugas di Kongres AS, ya harus mendapat kartu kongres dan otomatis menjadi anggota. Saya sendiri punya kartu wartawan Kongres AS karena ditugaskan di sana meski tidak setiap hari. Dengan kartu Kongres, kita bisa keluar masuk ke Capitol Hill tanpa harus ada orang yang meng-escort kita. Kalau tidak punya kartu, harus kontak press center-nya, kemudian di antar mereka ke tempat tujuan,” ujar Yuni Salim. (tjahja gunawan diredja)

Sumber: Kompas, Senin, 17 November 2008

No comments: