-- Pepih Nugraha
SEDERHANA saja mengukur penerimaan masyarakat atas blog di negeri ini. Tahun lalu, pada Pesta Blogger 2007, jumlah peserta hanya 500 orang. Kini, ketika Pesta Blogger 2008 kembali digelar, jumlah peserta yang terdaftar mencapai 1.200 orang. Jika tidak dibatasi, jumlahnya bisa jadi di atas 2.000 orang.
Memang parameter yang digunakan terlalu sederhana. Bukan maksud mengukur apakah blog diterima atau tidak oleh masyarakat, sebab hal itu tidak terlalu bermanfaat untuk dibahas. Lebih baik mengetahui bagaimana masyarakat memanfaatkan blog itu untuk berbagai keperluan, tidak sekadar bergaya atau asal punya blog. Maklum, sejak kelahirannya sampai kini blog masih dicibir banyak orang.
Padahal, dalam perkembangannya, blog ada yang mewujud sebagai citizen journalism, media indie yang menjadi bacaan alternatif. Dengan citizen journalism, siapa pun bisa memanfaatkan blog sebagai media penyampai pesan. Adagium ”media (blog) adalah pesan itu sendiri” menjadi terbukti di sini. Dan Gilmor dengan bukunya, We Media, mengklaim bahwa setiap orang adalah wartawan.
Kegiatan melaporkan suatu peristiwa dan menuliskannya pada media untuk disebarluaskan kepada khalayak bukan lagi milik jurnalis media arus utama. Warga bisa menjadi wartawan! Namun, tentu saja Gilmor mengatakan hal itu setelah tumbuh dan berkembangnya media online, web, dan kini blog yang bisa diperoleh secara mudah. Namun, karena mudahnya, blog didapat, ada anggapan bahwa ia tidak harus dipelihara dengan baik.
Dianggap tidak kredibel karena ulah segelintir blogger yang memanfaatkan blog untuk kepentingan sensasi belaka. Contoh ketika blog menjadi kontroversi dan dianggap sebagai penyebar fitnah setelah beredarnya rumor bahwa calon wakil presiden AS dari Partai Republik, Sarah Palin, tidak tahu Afrika merupakan benua. Rumor murahan ini ternyata berasal dari blog seseorang yang mengaku bernama Martin Eisenstadt.
Sayangnya, isu ini lalu ditangkap mentah-mentah media arus utama dan disiarkan tanpa berupaya melakukan cek dan ricek, meski pada akhirnya diralat.
Keterlibatan Amerika Serikat
Kalau begitu, apa yang harus dilakukan seorang blogger agar setiap posting-annya dapat dipercaya. ”Think before posting”, demikian pesan yang seharusnya ditangkap oleh setiap blogger sebelum menaruh tulisan dan gagasannya di blog. Apa yang di-posting-kan di blog harus menjadi tanggung jawab masing-masing blogger.
Wartawan senior harian ini, Ninok Leksono, pernah menulis di blog Kompasiana yang beralamat di http://kompasiana.com mengenai bagaimana seharusnya blog menjalankan fungsinya. Menurut dia, setiap pemilik blog berkepentingan agar blog miliknya tetap kredibel dan dipercaya warga pembaca lainnya. Bahkan, untuk Indonesia, katanya, ”Kredibilitas masih perlu ditambah dengan kearifan.”
Kembali ke Pesta Blogger 08 yang kali kedua ini digelar di Auditorium Gedung BPPT II Jakarta, Sabtu (22/11), ini menjadi sebuah pesta yang layak disimak. Bukan karena berkumpulnya komunitas blogger secara masif di sana, tetapi karena keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat di sini. Nah, keterlibatan apa yang dimaksud?
Chairman Pesta Blogger 08, Wicaksono—yang dalam jagat blogger dikenal sebagai Ndoro Kakung—sebagaimana ditulis blogger Aris Heru Utomo di Kompasiana, mengaku sudah dapat mengira bahwa berperannya AS dalam mensponsori pesta blogger kali ini akan menimbulkan purbasangka dan curiga. Alasannya, ada sentimen dan prasangka tertentu dari sebagian kalangan terhadap AS.
Bagi Duta Besar AS untuk Indonesia Cameron R Hume, meraih blog berarti melaksanakan diplomasi publik di tingkat akar rumput. Tidak sekadar menakar ke mana arah kebijakan pemerintah masing-masing (G to G), tetapi juga bisa meraba perasaan warga masyarakat Indonesia melalui blog, melalui apa yang disebut Aris sebagai diplomasi publik. Selain itu, adalah tugasnya selaku diplomat untuk selalu memperkenalkan dan memelihara pemahaman tentang negerinya di masyarakat di mana dia bertugas.
Untuk itu dapat dipahami mengapa Kedubes AS di Indonesia berkenan menjadi sponsor Pesta Blogger 2008 yang mengusung tema blogging for society. Dengan cara ini, demokrasi dan semangat kebebasan berbicara yang selalu didengungkan AS ke pelosok dunia menjadi bukti nyata, tidak asal omong. Bagi Hume, kegiatan blog atau blogging merupakan bentuk dari kebebasan bicara yang individualistis sekaligus egaliter.
Kruger dan Obama
Di belahan dunia lain, blog sejatinya digunakan sebagai media alternatif untuk menyampaikan berita yang ”tidak seksi” alias tidak cukup menarik bagi media arus utama. Masalah kesehatan penduduk lokal, masalah ketimpangan pendidikan, ketidakadilan dalam kesempatan memperoleh pekerjaan, hanyalah contoh kecil saja di mana blog bisa berperan di dalamnya. Blog bisa menyampaikan semua ”ketidakadilan” itu tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Pada tahun 2008 ini blog naik daun seiring dengan terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS. Obama, seperti telah banyak ditulis, memiliki blog sendiri dan menjadi bagian dari belasan situs pertemanan seperti Facebook. Padahal, Justin Hall, pemuda kelahiran 16 Desember 1974 yang juga seorang wartawan paruh waktu, tidak berpikir sejauh itu saat menjadi blogger pertama yang menulis catatan hariannya di internet tahun 1994.
Masih segar dalam ingatan, bagaimana pemenang Nobel bidang Ekonomi, Paul Krugman, demikian lugas menuangkan gagasannya yang jauh lebih segar dibanding dengan apa yang ditulisnya di The New York Times versi print saat ia menulis di blog miliknya. Di http://krugan.blogs.nytimes.com yang juga menjadi bagian koran ternama itu, Krugman menulis persoalan berat menjadi ringan dan enak dibaca. Alhasil, Krugman lebih dikenal sebagai blogger ketimbang sebagai kolumnis atau analis ekonomi.
Usia blog belumlah terlalu lama. Kalau menyebut Hall sebagai orang pertama yang ngeblog, usianya baru 14 tahun. Namun, di usinya yang tergolong muda, blog telah dimanfaatkan berbagai golongan masyarakat dengan berbagai tingkatan usia.
Jangan heran kalau Uskup Bandung yang sudah tergolong usia senja, Pujasumarta, memiliki blog sebagai media untuk memberitakan kegiatannya sekaligus menyapa jemaatnya. Ada juga Marsekal Muda (Purn) Prayitno Ramelan yang mengisi masa-masa pensiunnya dengan ngeblog. Violis Maylafflayza sudah sejak lama memanfaatkan blog dan situs pertemanannya sebagai media komunikasi untuk menyapa penggemarnya.
Anda belum ngeblog? Jangan dengar ledekan Jenderal Naga Bonar ”Apa kata dunia?” Mulai sajalah ngeblog saat ini juga!
Sumber: Kompas, Kamis, 20 November 2008
No comments:
Post a Comment