RATUSAN remaja putra dan putri Jambi membawakan tarian kolosal Melayu di Gelanggang Olah Raga (GOR) Datuk Paduka Berhala, Muarasabak, Jambi, baru-baru ini. Tarian itu menjadi pembuka puncak perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XV dan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) V.
Gerakan tubuh-tubuh mungil mereka lemah gemulai membuat hati tergoda menyimak penampilan mereka. Tarian Melayu mereka sajikan penuh pesona, sehingga rasa penat dan kantuk pun lenyap dalam sekejap mata.
Ketika para penari kolosal putra-putra menampilkan koreografi yang variatif, gerakan tari yang gemulai dan dinamis, suara gemuruh pun mewarnai GOR Paduka Berhala. Sekitar 5.000 peserta Harganas yang datang dari seluruh penjuru Tanah Air memberikan sambutan antusias.
Tepuk tangan riuh rendah terdengar setiap kali para penari menampilkan gerakan-gerakan tari dan koreografi yang memikat. Keanggunan penampilan mereka di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pejabat negara bagaikan pementasan tarian ratu pantai timur menghibur sang raja di kala duka.
Apresiasi Tinggi
Melihat penampilan tarian kolosal pembuka acara Harganas dan BBGRM yang penuh pesona tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun memberikan apresiasi yang sangat tinggi. Presiden seolah tak menduga bahwa di daerah baru nun jauh di pantai timur Jambi yang selama ini tergolong terbelakang tersimpan kekayaan seni - budaya bernilai tinggi.
"Kami berikan apresiasi terhadap tarian kolosal yang tampil memukau menyemarakkan perayaan Harganas ini. Tarian tradisional yang sungguh indah dan memesona," kata Presiden disambut gemuruh tepuk tangan seluruh hadirin.
Presiden mengatakan, tarian kolosal pada pembukaan Harganas tersebut merupakan pementasan keindahan seni Melayu kedua kali yang disaksikannya.
"Ketika menjabat Pangdam II/Sriwijaya, saya juga menyaksikan tarian kolosal seindah hari ini pada pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-18 di Kota Jambi tahun 1997," paparnya.
Presiden berharap tarian Melayu tersebut perlu terus dikembangkan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pewarisan itu merupakan salah satu cara mencegah kepunahan seni-budaya Melayu yang mengakar di Jambi.
Paduan Serasi
Daya pikat tari Melayu Jambi pada puncak Harganas tersebut terletak pada perpaduan serasi tarian dan musik pengiring. Para penari mampu menampilkan gerakan-gerakan tari sesuai dengan dinamika dan tempo musik yang dialunkan.
Tatkala alunan suara biola yang dipadu dengan alat musik tabuh melembut, para penari menyuguhkan tarian lemah gemulai. Sebaliknya ketika suara biola melengking ditingkahi irama musik gambus yang menghentak, para penari mengikuti dengan gerak dan langkah rancak penuh semangat.
Selain itu paduan serasi pakaian para penari utama putri berkebaya ungu, kain coklat dan topi mahkota berwarna perak membuat penampilan mereka benar-benar anggun. Sementara kostum warna-warni cerah para penari pendukung menunjukkan suasana hidup penuh gairah.
"Saya sangat trenyuh menyaksikan tarian kolosal bernuansa Melayu Islam ini. Jarang saya menyaksikan tarian seperti ini. Lengkingan biola yang berpadu dengan tarian gemulai putra-putri pantai timur Jambi ini membuat hati tersentuh hingga air mata tak terasa menetes. Ternyata daerah yang terbelakang selama ini menyimpan segudang seni-budaya bernilai tinggi," kata B Lubis, warga Kota Palembang, Sumatera Selatan, ketika menyaksikan tari kolosal tersebut.
Penjiwaan dan kekompakan sekitar 500 penari putra-putri Tanjungjabung Timur dan Kota Jambi membawakan tari Melayu secara kolosal memang cukup memikat. Mereka mampu menerjemahkan tarian tersebut, sehingga mudah dicerna penonton. [SP/Radesman Saragih]
Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 4 Juli 2008
No comments:
Post a Comment