Thursday, July 03, 2008

Ilustrasi Cerpen Kompas: Kisah Para Pembaca Tafsir

BERSIFAT tahunan, ternyata pameran ilustrasi cerpen Kompas tetap mampu tampil segar dan menarik. Ancaman untuk menjadi rutin setiap kali akan muncul, tetapi seperti bisa dilihat di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), 26 Juni-5 Juli 2008, cukup banyak karya yang memberi bukti bahwa seniman telah menyelesaikan ”pekerjaan rumah”-nya dengan baik.

Kompas Images

Di dalam pameran ini muncul karya F Sigit Santosa dengan gagasan tentang tubuh yang telah menjadi ladang garapannya selama bertahun-tahun: tubuh sebagai baju, tubuh sebagai kapstok, tubuh sebagai sang pelaku atau korban. Tubuh tersebut kali ini tanpa kepala. Dari arah lubang lehernya tumbuh setangkai bunga berisi mata.

AS Kurnia, yang tampak tidak ingin terpaku pada ”cap visual” tertentu, hadir dengan sepotret wajah setengah tengadah dan masalah kemanusiaan, yang sering ditentukan oleh aspek legal formal atau menjadi komoditas politik. Wajah itu terkesan berupa fragment dari surat identitas diri, dengan sepotong cap resmi serta sidik jari di pipi. Seribu cerita bisa muncul dari sana sejak korban stigmatisasi politik keamanan, nasib kelompok minoritas, masyarakat yang dipinggirkan, dan seterusnya.

Lihatlah lukisan Wayan Sujana Suklu, yang belakangan ini banyak bermain dengan susunan bidang-bidang bergaris lembut, yang mengembuskan keriangan baru di dalam berulah seni.

Sebut pula Ayu Arista Murti, Amelia Lestari, Rudi Mantofani, Ipong Purnama Sidhi yang segar, atau Erica yang rupanya tetap mengasah energi kreatifnya. Dari semuanya, 41 perupa yang ikut pameran, masih bisa disimak karya yang menarik dari RE Hartanto, Nyoman Erawan, Herry Dim, Frans Nadjira, atau Wayan Redika yang tertib dan Nasirun yang pewarnaannya lebih cerah dan ringan.

Itulah karya-karya yang semula terbit bersama cerita pendek di surat kabar sepanjang tahun 2007. Karya-karya itu, tidak seperti lazimnya ”ilustrasi”, tidak lagi sepenuhnya menjadi pelengkap penyerta, tidak bersifat menerangjelaskan berbagai adegan di dalam cerita pendek.

Banyak dari perupa tersebut, tampaknya, menggunakan karya sastra sebagai titik berangkat untuk berkarya. Mereka melakukan tafsir ulang atas tafsir sastrawan terhadap kehidupan.

Khusus untuk hari Kamis (3/7) ini, Anda bisa menikmatinya (jam buka pameran diperpanjang) sambil menunggu pementasan musik jazz oleh Beben Quartet di halaman BBJ yang dimulai pukul 19.00. Selamat menikmati seni rupa dan musik menawan. (EFIX)

Sumber: Kompas, Kamis, 3 Juli 2008

No comments: