[JAKARTA] "Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya", demikian Pramoedya Ananta Toer dalam buku Jejak Langkah.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik (kedua dari kiri) memberikan penjelasan saat Jumpa Pers Akhir Tahun 2009 di gedung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, Rabu (30/12). Refleksi akhir tahun ini juga dihadiri sejumlah artis dan seniman. (SP/Abimanyu)
Kata-kata milik sastrawan besar itu sepertinya bisa merepresentasikan kekhawatiran lunturnya kecintaan generasi muda akan Indonesia. Ini dapat dilihat dari rendahnya kunjungan ke tempat-tempat yang mengandung unsur sejarah dan budaya, seperti museum. Museum Nasional contohnya. Pada 2008 lalu, dikunjungi 158.000 orang, sedangkan Taman Impian Jaya Ancol berhasil didatangi lebih dari 13,5 juta pengunjung.
Atas dasar inilah, Departeman Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) berupaya mengenalkan perjalanan dan budaya bangsa kepada masyarakat Indonesia, terlebih dunia. Hal ini dilakukan agar bangsa Indonesia bisa belajar dari sejarah guna memperbaiki negeri. Mungkin, inilah awal kebangkitan museum.
Untuk itu, Menteri Kebudayaan dan Periwisata (Menbudpar) Jero Wacik mencanangkan program Tahun Kunjung Museum 2010, Rabu (30/12). Program ini sendiri merupakan bagian dari Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang mulai akan dilaksanakan pada tahun depan hingga 2014.
"Saat ini, museum sangat sulit dikunjungi. Padahal, kita merupakan bangsa yang besar karena kaya akan sejarah dan budaya. Tetapi, bila tidak dipelajari kebesaran itu, maka kita tidak pernah merasa besar. Kita bisa belajar dari museum mengenai masa lalu bangsa menuju masa depan yang lebih baik," katanya.
Diharapkan, program ini bisa meningkatkan devisa negara dan pendapatan masyarakat setempat. Ini disebabkan pariwisata masih merupakan salah satu penggerak roda perekonomian Indonesia.
"Pariwisata menyumbangkan devisa yang tidak sedikit. Wisatawan nusantara bisa memberi devisa sebesar Rp 120 hingga 125 triliun, sedangkan pendapatan dari wisatawan mancanegara berkisar dari Rp 75 hingga 80 triliun. Angka ini sangat membantu perekonomian pada umumnya, khususnya di daerah wisata. Demikian juga dengan program ini. Diharapkan, masyarakat sekitar museum bisa terbantu," imbuh pria asal Bali itu.
Nasib Seni Rupa
Selain museum, dalam pernyataannya, Jero Wacik juga menyampaikan akan mendorong kemajuan seni rupa dan teater. Dikatakan, pihaknya akan terus menggelar pameran atau lomba untuk menggiatkan kesenian ini.
"Kegiatan-kegiatan seperti lomba lukis, pekan produk budaya Indonesia, pameran lukisan, dan mendukung tokoh teater untuk mengembangkan kegiatan mereka. Manfaatkanlah saya, karena saya akan berbuat semaksimal mungkin bagi kesenian Indonesia," ujar suami dari Triena ini.
Pada 2009 sendiri, serangkaian kegiatan untuk mendongkrak seni rupa dan teater sudah dilakukan Depbudpar. Pameran dan workshop seni lukis serta pemutaran film dokumenter tokoh seni rupa Indonesia yang dilakukan beberapa waktu lalu di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, merupakan salah satu langkah yang dilakukan. [WID/F-4]
Sumber: Suara Pembaruan, Sabtu, 2 Januari 2010
No comments:
Post a Comment