Tuesday, October 06, 2009

Sapta Nirwandar dan Eros Djarot Layak Jabat Menbudpar

[JAKARTA] Jelang berakhirnya periode jabatan Kabinet Indonesia Bersatu pada 20 Oktober nanti, teka-teki mengenai siapa figur yang pantas untuk mengisisi pos sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwasata (Menbudpar) pada kabinet yang akan datang memang masih belum terjawab.

Eros Djarot (SP/Ruht Semiono)

Akan tetapi, sejumlah nama telah mencuat untuk menduduki jabatan Menbudpar, yaitu Mohammad Nuh (Menteri Komunikasi dan Informatika), Eros Djarot (budayawan dan politikus), dan Sapta Nirwandar (Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata).

Munculnya ketiga nama tersebut berdasarkan kemampuan yang mereka miliki, untuk memenuhi kriteria menjabatan Menbudpar mendatang. Menurut budayawan sekaligus sastrawan Indonesia Radar Panca Dahana, setidaknya ada lima kriteria yang harus dimiliki oleh para kandidat tersebut. Lima kriteria ini mengacu pada harapan masyarakat agar Menbudpar mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Sapta Nirwandar (SP/Charles Ulag)

Mengenali Lingkungan

Pertama, kandidat harus memiliki tingkat intelektual yang mumpuni. Dalam hal ini, Sapta Nirwandar berada pada posisi teratas. Pasalnya, dia adalah lulusan Prancis.

Kedua, kandidat harus mengenali lingkungan, siapa saja pelaku di bidang kebudayaan dan pariwisata Indonesia. Berdasarkan kriteria yang kedua ini, ada dua nama yang pantas, yakni Sapta Nirwandar dan Eros Djarot. Mereka berdua sangat mengenal lingkungan budaya dan pariwasata Indonesia.

Ketiga, kandidat harus memiliki kemampuan birokrasi yang baik. Keempat, kandidat harus mengenal dengan baik medan kerja.

Terakhir (kelima), kandidat wajib mempunyai visi dan ide yang tidak mengecewakan. Artinya, mereka harus paham benar, bagaimana ide ditempatkan, lalu menukar itu dengan orang lain yang dirasa berkompeten. Ditambah lagi, kandidat harus mampu berjuang untuk mewujudkan visi dan ide tersebut.

"Sapta Nirwandar sangat mengenal medan. Di sisi lain, dia juga sosok yang cukup intelek. Dia memiliki kemurahan hati dan kemurahan jiwa, serta mampu melakukan pendekatan-pendekatan secara psikis.

Sementara itu, untuk Eros Djarot, dia merupakan seorang yang tough (kuat). Dia mengerti benar mengenai kebudayaan Indonesia. Dua nama tersebut layak untuk mengisi posisi sebagai Menbudpar," kata Radar.

Tak luput, Radar juga mengkritisi kinerja Menbudpar Kabinet Indonesia Bersatu, dalam hal ini Jero Wacik, yang dinilai tidak memiliki visi yang cukup jelas.

"Menbudpar Kabinet Indonesia Bersatu tidak memahami kebudayaan. Dia tidak memanfaatkan dan mengembangkan kebudayaan Indonesia sebagai komoditas yang luar biasa bagi bangsa ini," ujarnya. [ISW/F-4]

Sumber: Suara Pembaruan, Selasa, 6 Oktober 2009

No comments: