IKRAR Sumpah Pemuda kembali dikumandangkan. Isi putusan Kongres Pemuda Indonesia II kembali disuarakan pada Minggu, 28 Oktober lalu. Pembacaan ikrar Sumpah Pemuda dilakukan di Museum Sumpah Pemuda, Jl Kramat Raya 106, Jakarta Pusat. Ratusan orang berkumpul di gedung sederhana untuk memperingati 79 tahun Hari Sumpah Pemuda.
Pada tanggal dan gedung yang sama 1928, massa juga berkerumun. Saat itu gedung masih bernama Indonesische Clubgebouw. Daerah Jakarta Pusat tempat gedung itu berdiri masih disebut Kramat Weltevreden. Ratusan pemuda dari berbagai perkumpulan dari penjuru Nusantara menghadiri Kongres Pemuda II.
Inti kehadiran massa pada tanggal yang sama adalah mengusung nasionalisme dan kebangsaan. Saat itu pula Wage Rudolf (WR) Supratman menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dengan iringan biola milik WR Supratman, maestro biola Indonesia Idris Sadri melantunkan lagu yang sama.
Pada puncak peringatan ke-79 Sumpah Pemuda, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault mengatakan para pemuda akan mampu mentransfer semangat Sumpah Pemuda 1928. Semangat menghadapi berbagai tantangan sehingga semangat tetap relevan dari waktu ke waktu.
Hari Sumpah Pemuda tahun ini mengusung tema Meningkatkan solidaritas, integritas, dan profesionalitas pemuda menuju bangsa yang sejahtera dan bermartabat. Menpora mengharap tema itu akan mampu membangkitkan kesadaran pemuda Indonesia dalam meningkatkan semangat kebangsaan. "Dan, mengantisipasi masih lemahnya daya saing pemuda," katanya.
Pada peringatan Sumpah Pemuda, sejumlah budayawan dan pemuda mendapat penghargaan. Salah satunya seniman asal Bandung Iwan Abdul Rahman. Seniman yang akrab dipanggil Abah Iwan mendapat anugerah tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya.
Karyanya berupa lagu bertema lingkungan sudah banyak dikenal. Sebagian masyarakat Indonesia sudah tahu atau paling tidak mendengar lagi Flamboyan dan Melati dari Jaya Giri. Dua lagu itu telah dipopulerkan kelompok musik asal Bandung, Bimbo. Tapi masih sedikit orang yang mengetahui siapa sebenarnya pengarang lagu tersebut. Pengarangnya tak lain Abah Iwan, pria kelahiran Desa Karangnangka, Sumedang, 3 September 1947.
"Kepeloporan Abah Iwan melalui penciptaan lagu bertemakan lingkungan dan perjuangan menjadikannya sebagai pionir kalangan muda pada generasinya," ungkap Menegpora saat bertemu di Bandung, 3 September lalu.
Lagu-lagu Abah Iwan telah menggugah kecintaan kalangan muda untuk mencintai lingkungan. Tema lagunya yang mengungkapkan kedekatan dan kecintaan pada alam dan Sang Pencipta tampak sangat layak dengan isu perubahan iklim. Perubahan iklim dengan munculnya pemanasan global merupakan akibat dari pengabaian terhadap lingkungan.
Kini Abah Iwan tak lagu sekekar dulu. Usianya sudah 60 tahun. Tetapi seniman yang sangat dikenal di kalangan kelompok pencinta alam Wanadri itu mengaku tetap menggelora semangatnya. "Tua tak berarti kehilangan energi dan tak punya kemampuan untuk disumbangkan bagi bangsa dan negara," katanya.
Tokoh lain yang mendapat penghargaan pada peringatan Sumpah Pemuda adalah maestro pencipta lagu anak, Abdullah Totong Mahmud. Pria kelahiran Palembang, 3 Februari 1930 itu lebih dikenal dengan nama AT Mahmud. Penghargaan khusus diberikan Menpora karena dedikasinya yang luar biasa dalam pengembangan kreasi melalui penciptaan lagu anak-anak.
Sebelumnya, AT Mahmud pernah menerima tanda kehormatan bidang budaya Parama Dharma dari pemerintah Republik Indonesia. Pemberian penghargaan itu disebabkan ia dinilai telah berjasa mengembangkan dan meningkatkan sumber daya bangsa dalam menciptakan lagu anak-anak.
Lagu Amelia, Cicak, Pelangi, Bintang Kejora, dan Ambilkan Bulan merupakan buah karya abadinya yang hingga kini masih dinyanyikan. Penerima hadiah seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu telah menciptakan lebih dari 500 lagu. Ia mengaku produktivitas mencipta lagu tak lepas dari keprihatinannya melihat perkembangan lagu sekarang. "Banyak lagi yang dinyanyikan anak-anak bukan lagu anak-anak, melainkan lagu orang dewasa," katanya.
Ia menilai anak-anak yang menyanyikan lagu orang dewasa hanya menyanyikan tanpa memahami dan menghayati isi lagu. "Hendaknya lagu anak mengungkapkan kegembiraan, kasih sayang, dan memiliki nilai pendidikan," ujarnya. (Drd/H-1)
Sumber: Media Indonesia, Rabu, 1 November 2007
No comments:
Post a Comment