Jakarta, Kompas - Kehidupan bangsa Indonesia dirasakan kian merosot, terutama akibat sikap serakah dan perilaku koruptif masyarakat yang semakin bertolak belakang dengan cita-cita kemerdekaan. Oleh karena itu, Indonesia mesti melawan mentalitas yang bisa memerosotkan kehidupan bangsa ini di masa depan.
"Ini pekerjaan yang tidak mudah, bahkan menimbulkan rasa pesimistis," kata budayawan Ajip Rosidi dalam diskusi Seri Tokoh Lintas Sejarah Berbicara bertema "Kehidupan Seniman Tahun 50-an" di Jakarta, Kamis (1/11). Acara yang diselenggarakan The Habibie Center ini juga menghadirkan seniman tahun 50-an lainnya, Misbach Yusa Biran.
Dalam sejarah perjalanan bangsa, kata Ajip, mentalitas korupsi itulah yang menghancurkan kejayaan kerajaan di Indonesia pada abad XV-XVI. Pertengkaran karena keserakahan atau korupsi yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia dari zaman kerajaan itu berlanjut hingga kini, bahkan semakin buruk.
"Mentalitas korup itu kok sulit diatasi, sementara Singapura atau Malaysia bisa mengatasinya. Kenapa Indonesia tidak mampu? Generasi muda yang menggulingkan kekuasaan lama yang bermentalitas korup akhirnya juga terjebak ke dalam lingkaran korupsi. Sungguh parah jika sifat korup itu memang mentalitas bangsa ini," kata Ajip.
Tokoh perfilman Misbach Yusa Biran menyoroti perilaku masyarakat yang mudah marah dan melakukan kekerasan hanya karena perbedaan pendapat atau pandangan. "Dalam kehidupan komunitas seniman tahun 50-an, khususnya seniman Senen, berbeda pandangan itu hal biasa. Jika sampai bertengkar pun tidak sampai bermusuhan. Berbeda dengan kondisi sekarang, orang bahkan bisa membunuh yang lainnya hanya karena tidak bisa sependapat," kata Misbach.
Menurut Misbach, bangsa ini masih memiliki harapan untuk menuju ke kehidupan yang lebih baik. Perbaikan dalam pendidikan merupakan salah satu kunci supaya masyarakat memiliki nilai-nilai dan sikap-sikap positif yang membawa keharmonisan dan kejayaan bangsa. (ELN/NAR)
Sumber: Kompas, Sabtu, 03 November 2007
No comments:
Post a Comment