[JAKARTA] Otonomi daerah (otda) dan fenomena disintegrasi bangsa membawa pengaruh terhadap sikap berbahasa masyarakat. Kondisi ini tidak mendukung visi pendidikan yang ingin melahirkan insan Indonesia cerdas dengan semangat nasionalisme serta cinta Tanah Air yang kuat.
Padahal, bahasa Indonesia memiliki landasan politis dan yuridis yang kuat dalam membangun peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Persoalannya, bagaimana mengukuhkan dan meningkatkan peran bahasa Indonesia dalam kehidupan bangsa pada era reformasi sekarang ini.
Hal itu dikemukakan Kepala Pusat Bahasa Depdiknas, Dendy Sugono, dalam puncak acara "Bulan Bahasa dan Sastra", di Jakarta, Kamis (8/11). Pusat Bahasa juga memberi penghargaan kepada 10 media massa cetak yang dianggap baik mengembangkan bahasa Indonesia.
Berdasarkan peringkat media berbahasa Indonesia terbaik, yakni Koran Tempo, Kompas, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Seputar Indonesia, Pikiran Rakyat, Solo Pos, Suara Merdeka, Indo Pos, dan Repu- blika.
"Pernyataan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional telah menempatkan bahasa Indonesia pada posisi yang amat strategis pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, kedudukan itu telah berkembang sejalan dengan perkembangan perjuangan moral dan politik bangsa Indonesia di tengah ancaman disintegrasi bangsa dan menonjolnya sikap primordialisme," ujar Dendy.
Menurut dia, tatanan kehidupan dunia yang baru telah memacu peningkatan daya saing bangsa karena pada era itu terjadi persaingan yang amat ketat para pelaku ekonomi. Sementara itu, perkembangan teknologi informasi yang mampu menerobos batas ruang dan waktu telah memberi peluang keterbukaan yang tidak dapat dihindari.
"Pemberian nama produk dan jasa cenderung dipengaruhi bahasa asing. Sekali lagi saya tegaskan, bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa, karena itu hindari penggunaan bahasa asing seminimal mungkin," ujarnya.
Dia mengatakan, demi menyadari masyarakat akan jati diri bangsa, ketertiban berbahasa dalam berbagai bidang dan forum akan lebih ditingkatkan. Pusat Bahasa akan menggelar Kampanye Pengutamaan Bahasa sebagai tindak lanjut Komunike Bersama Tiga Menteri (Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam).
Sementara itu, pakar bahasa dari Universitas Negeri Jakarta, Mulyadi Tabrani, menegaskan, perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan, 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies). [E-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 9 November 2007
No comments:
Post a Comment