Sunday, November 11, 2007

Andrea Hirata: Menulis karena Janji

PAGI itu, hujan deras turun membasahi bumi. Atap sekolah yang sudah tua tidak mampu lagi menahan derasnya air hujan. Ruang kelas pun tak jauh berbeda dengan kondisi di luar, basah. Ikal dan kesembilan temannya terpojok di sudut kelas tak berdaya.

Namun di tengah suasana yang kuyup tiba-tiba dari arah lapangan sekolah melintas sosok perempuan. Berpayung setangkai daun pisang, perempuan itu menembus hujan menuju ke arah sepuluh anak yang menantinya dengan wajah berbinar. Dia adalah NA Muslimah Hafsari, guru satu-satunya di sekolah itu.

Kenangan akan pemandangan saat duduk di kelas 3 SD itu begitu membekas pada diri Ikal. Sejak hari itu dia berjanji suatu hari, jika dirinya berhasil menjadi seorang penulis, dia akan menulis kisah tentang Ibu Mus, sang ibu guru dan teman-teman di SD-SMP Muhammadiyah Belitong Timur itu.

Puluhan tahun kemudian, Ikal yang tak lain dari Andrea Hirata mewujudkan janjinya itu. "Usai peristiwa itu saya berjanji suatu hari saya akan menulis buku untuk guru saya itu. Dan setiap hari janji saya itu saya ceritakan kepada teman-teman Laskar Pelangi (LP). Ketika saya sudah bekerja, janji saya itu ditagih oleh teman-teman saya. Apalagi kemudian Ibu Mus jatuh sakit. Mereka begitu khawatir, dan mendesak saya untuk segera menyelesaikan buku itu," kisah Ikal.

Dalam tiga minggu buku itu selesai, dan langsung dibawa Ikal ke kampungnya di Belitong Timur, Bangka Belitung. Ajaibnya, sang ibu guru langsung sembuh setelah mendapat "kado" dari muridnya yang telah berhasil itu. "Buku LP merupakan ungkapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua guru saya, termasuk mendiang KA Harfan Effendy Noor yang tak pernah mengharapkan rasa terima kasih kecuali melihat siswanya menjadi orang yang berhasil. Ketika saya perlihatkan ke Ibu Mus, wow dia menangis, pokoknya nggak terlukiskan sama kata-kata. Dan dia langsung sehat kembali ," kata Andrea.

Ternyata naskah fotokopi itu lalu "dicuri" oleh seorang sahabatnya dan diserahkan kepada penerbit. Penerbit yang beruntung ini, Bentang, langsung jatuh cinta dan lantas menerbitkannya. Ternyata novel anak kelima dari pasangan Seman Said Harun Hirata dan Masturah ini berdampak besar.

Tak hanya bagi Andrea dan pembaca LP, tetapi juga mampu menggerakkan hati para pakar pendidikan untuk memperbaiki sistem pendidikan. Kabarnya, SD Muhammadiyah, tempat Andrea dan anggota Laskar Pelangi bersekolah dulu menjadi terkenal di Belitong dan mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat. Andrea juga sangat bersyukur Ibu Mus, guru yang dia cintai itu kini mendapat penghargaan yang layak berkat buku tersebut. Dia masih ingat bagaimana Ibu Mus menggotong balok-balok kayu untuk menahan agar bangunan sekolah mereka tidak roboh. "Sudah sepantasnya beliau mendapatkan semua itu atas pengabdian dirinya yang luar biasa," ujarnya.

Selain itu, berkat Laskar Pelangi, Andrea kini dapat membuka tempat bimbingan belajar bagi anak-anak di kampung halamannya. Tempat bimbingan belajar itu menjadi tempat orang belajar ilmu pengetahuan dan agama Islam. Dia tidak ingin pengalaman para sahabatnya, terutama Lintang yang sebenarnya paling jenius namun terpaksa putus sekolah, terulang kepada "adik-adik"nya di masa ini. [W-10]

Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 11 November 2007

No comments: