Saturday, November 17, 2007

Pustaka: Menyibak Pahlawan Sastra Indonesia

Judul buku : Gerakan Sosial Studi Kasus Beberapa Perlawanan
Penulis : Abdul Wahib Situmorang
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Edisi : I, Oktober 2007
Tebal : 207 Halaman

BUKU berjudul Gerakan Sosial Studi Kasus Beberapa Perlawanan yang ditulis Abdul Wahib Situmorang menuangkan imajiner Wiji Thukul ke dalam pahlawan sastra Indonesia. Dalam buku ini, penulis menganalisis mengapa karya-karya Wiji Thukul berkontribusi penting dalam memperkaya perkembangan sastra modern di Indonesia.

Ada beberapa faktor. Pertama, puisi-puisinya dengan relevan mendeskripsikan realitas Indonesia. Setiap puisi ciptaannya berjalan seiring dengan peristiwa yang menimpa Indonesia, begitu juga realita kehidupan bangsa ini.

Kedua, puisi-puisinya dipergunakan secara luas sebagai alat perjuangan. Simak, "Jika rakyat pergi ketika penguasa pidato, kita harus hati-hati, barang kali mereka putus asa. Kalau rakyat sembunyi dan berbisik-bisik ketika membicarakan maslah mereka sendiri, penguasa harus waspada dan belajar mendengar."

Banyak orang tidak percaya sosok Wiji Thukul dapat memperkaya perkembangan sastra Indonesia. Dari latar belakang dengan kondisi sederhana, penampilannya sebagai pedagang asongan sering digusur beberapa kali oleh pemerintah lokal. Tidak sedikit pun menunjukkan seorang seniman yang berani melawan ketidakadilan di Indonesia melalui puisinya. Tidak mengherankan jika ia mendapatkan penghargaan The Wherdeim Achiement Award atas dedikasi kemanusiaan dan dianggap sebagai pahlawan sastra Indonesia.

Sejumlah besar puisi Wiji Thukul menggambarkan realitas kelas bawah. Tidak hanya di Solo, tetapi juga tempat-tempat lain di Indonesia. Kesadaran tentang puisi yang mencerminkan realitas itu datang ketika sahabatnya tidak mampu mendiskusikan puisinya meskipun puisinya indah dan menakjubkan untuk didengar.

Puisinya tidak hanya mempresentasikan kehidupannya, tapi juga kehidupan orang lain. Para buruh, misalnya, upah yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi pada perusahaan jarang sekali menyediakan fasilitas keamanan dan kesehatan. Walaupun ada SPSI, organisasi itu didirikan untuk melayani perusahaan dan negara. Ironisnya, peraturan tentang buruh selalu melibatkan militer.

Suyadi Muhammad
, pustakawan Cabeyan Scriptorium, Yogyakarta.

Sumber: Media Indonesia, Sabtu, 17 November 2007

No comments: