KUDUS, KOMPAS - Tim Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan tiga batu yang berfungsi sebagai kapak dan sabit yang digunakan manusia purba (Homo erectus) di Situs Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (22/11). Penemuan ini menjadi kunci pengungkapan tabir kehidupan purba di Situs Patiayam.
Dengan penemuan tersebut, terkuak sudah bentuk budaya manusia purba yang diperkirakan hidup pada bentang waktu 1 juta hingga 500.000 tahun yang lalu. Selain itu, Tim Balai Arkeologi Yogyakarta yang dipimpin langsung Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto juga menemukan fosil gajah purba (Stegodon trigonocephalus) dalam kondisi relatif utuh.
Siswanto maupun arkeolog senior Harry Widianto menyatakan, penemuan tersebut tergolong istimewa, mengingat perburuan tim ahli untuk menguak Situs Patiayam sudah dimulai sejak 1979 dan baru sekarang bisa menemukan benda yang menjadi kunci pembuka tabir Situs Patiayam secara lengkap
Artinya, Situs Patiayam yang tercatat sebagai situs hominid bersama Situs Sangiran, Trinil, Kedungbrubus, Perning, Ngandong, dan Ngawi telah terkuak jati dirinya. Hal itu termasuk berbagai jenis binatang purba dan jenis batuannya. "Memang, dibandingkan dengan Sangiran, manusia purba di Situs Patiayam jauh lebih sedikit, hanya bisa dihitung dengan jari tangan," ujar Harry.
Temukan tengkorak
Tim Geologi Institut Teknologi Bandung yang dipimpin Yahdi Yaim baru menemukan sebuah gigi prageraham bawah dan tujuh buah pecahan tengkorak manusia serta sejumlah besar tulang belulang binatang purba pada tahun 1979. Namun, Franz Wilhem Junghuhn, warga Jerman, telah menemukan lebih dahulu fosil vertebrata tahun 1857.
Menurut catatan Kompas, pada akhir November 1981 , warga Desa Terban, Sukarmin (56), menemukan dua fosil gading gajah purba yang berukuran 3,17 meter dan 1,14 meter. Benda bersejarah ini sampai sekarang masih disimpan di Museum Ronggowarsito Semarang, Jawa Tengah.
Lokasi penemuan fosil gajah purba yang berada di atas ketinggian 78 meter dari permukaan laut, Kamis siang, itu untuk sementara ditutup dengan plastik dan diuruk tanah. Pengamanannya diserahkan kepada Paguyuban Pelestari Situs Patiayam. Hal itu dilakukan mengingat Tim Balai Arkeologi Yogyakarta harus kembali ke markasnya di Yogyakarta, Jumat ini.
"Kami akan kembali dengan membawa berbagai perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengangkat dan mencetaknya dengan bahan khusus. Ini butuh biaya tentunya," ujar Siswanto.
Harry sangat menyayangkan, berbagai penemuan tersebut sampai sekarang belum pernah ditindaklanjuti Pemerintah Kabupaten Kudus maupun jajaran DPRD. (SUP)
Sumber: Kompas, Jumat, 23 November 2007
No comments:
Post a Comment