ANTON P Chekov, sastrawan terkenal asal Rusia, menulis kisah penagih hutang sebagai sebuah komedi satir. Berbekal terjemahan Kasim A, sutradara Siway Budha mengemasnya dengan sentuhan Melayu.
"Penagih Hutang" (kiri) membujuk seorang janda agar membayar utang-utang suaminya pada pertunjukan teater di Sanggar Baru, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (27/11). Pertunjukan teater bertajuk "Penagih Utang" karya Anton P Chekov ditampilkan oleh Komunitas Kaki 5 ini menceritakan sifat dan karakteristik manusia dalam menghadapi cinta. (Foto-foto:SP/Ignatius Liliek)
Kisah dari Anton Chekov itu ditampilkan oleh Komunitas Kaki 5 di Teater Sanggar Baru Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa (27/11) malam, dengan judul "Penagih Hutang".
Kisah Penagih Hutang yang dibuat oleh Anton Chekov sebenarnya adalah kisah komedi satir yang ingin menonjolkan sisi kemanusiaan seseorang. Bahkan oleh sosok keras yang melakoni pekerjaan menagih utang.
Perasaan cinta dapat membuat seseorang menjadi radikal, melankolis, lalu radikal, dan menjadi melankolis lagi. Perasaan ini tidak mengenal apa, siapa, kapan dan di mana. Bisa hadir dengan sendirinya.
Dalam terjemahan Kasim, dikisahkan seorang wanita yang baru saja berstatus janda. Di saat masih berduka, wanita itu kedatangan tamu. Sang tamu ternyata si Penagih Hutang.
Wanita itu bingung, karena selama ini ia tidak pernah tahu suaminya memiliki utang yang sangat besar. Selain itu, ia pun tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar utang mendiang suaminya. Si Penagih Hutang pun tidak mau tahu kondisi si janda itu. Ia bersikeras dengan maksudnya, hingga ia tidak mau keluar dari rumah itu.
Penagih Hutang bermalam di rumah si janda. Lambat laun pun Penagih Hutang yang awalnya keras itu menjadi lunak karena ternyata ia jatuh hati terhadap wanita yang baru ditinggal suaminya itu. Di antara kegalauan itu, si janda ternyata juga memiliki perasaan yang sama.
Lakon yang ditulis Chekov ini merupakan cerita sederhana yang kuat dan durasi satu jam Di tangan sutradara Siway Budha, karya Chekov ini diberikan gaya ala Indonesia. seperti misalnya sosok Penagih Hutang disimbolkan dengan sosok laki-laki yang berlogat Sumatera Utara.
Settingan panggung pun dikemas dengan latar ruang tamu dan kamar tidur gaya Indonesia. Selain itu, juga hadir sosok pembantu rumah tangga yang umum ada di keluarga-keluarga di kota besar Indonesia.
Mengeksplorasi
Siway menyederhanakan cerita itu dengan hanya memainkan tiga karakter dan setting panggung bagian dalam sebuah rumah. Cerita yang yang dikemas pun menyuguhkan celetukan-celetukan pancingan humor. Siway mengeksplorasi karakter laki-laki dari Sumatera Utara itu dengan baik.
"Awalnya kita pertimbangkan karakter dari Batak atau Ambon, tetapi akhirnya kita lebih memilih karakter dari Batak. Dengan beberapa pertimbangan karakter dari Batak ini lebih masuk untuk dialog-dialog dalam cerita," ujar Siway.
Seusai pertunjukan Penagih Hutang, dilakukan diskusi antara sutradara, para pemain dan penonton. Diskusi ini lebih memberikan masukan, karena rencananya pementasan ini akan diikutsertakan dalam Festival Teater Jakarta bulan depan.
Ucok Siregar, pengamat teater, dalam diskusi itu menyebutkan pengambilan karakter Batak memang cocok dan bisa masuk dalam kisah Chekov. Sosok Batak yang keras memang tiba-tiba bisa melunak saat berhadapan dengan wanita yang dikaguminya. Tapi dalam pementasan Komunitas Kaki 5, Ucok menilai ada logika cerita yang kurang kuat dalam sehingga alur cerita jatuh hati itu kurang kuat.
"Simbol-simbol jatuh hati itu harus dipertegas, sehingga penonton juga bisa ikut merasakan karakter laki-laki itu sedang jatuh hati," sebut Ucok.
Namun begitu para pengamat teater lain yang ikut menyaksikan pementasan Penagih Hutang dari Komunitas Kaki 5 menyebutkan lakon yang ditampilkan menarik dan cukup bagus. Siway dianggap berhasil mengembangkan karakter-karakter dari Chekov dengan sentuhan Indonesia. [SP/Kurniadi]
Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 28 November 2007
No comments:
Post a Comment