Palembang, Kompas - Masa depan sastra Indonesia terletak di tangan perempuan. Saat ini semakin banyak penulis dan penyair perempuan bermunculan dengan karya yang mampu melampaui karya penulis dan penyair laki-laki.
Demikian diungkapkan penyair Sapardi Djoko Damono, Jumat (23/11) di Palembang, Sumatera Selatan, dalam diskusi sastra yang diselenggarakan Balai Bahasa Sumsel, Dewan Kesenian Palembang, dan Harian Berita Pagi.
Menurut Sapardi, perempuan semakin menguasai dunia sastra Indonesia yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya jumlah penulis fiksi maupun penyair perempuan. Perempuan juga kini semakin gemar membaca, sebaliknya laki-laki banyak yang mulai malas membaca.
Cara pandang
Sapardi menjelaskan, para penulis perempuan membuat cara pandang sendiri terhadap kaumnya. Penggambaran perempuan berubah total oleh para penulis perempuan yang dipelopori Marga T dan NH Dini. Pada masa lalu, tokoh perempuan adalah ciptaan penulis laki-laki, seperti tokoh Siti Nurbaya.
Menurut Sapardi, banyak orang merasa terkejut dan marah karena melihat tulisan fiksi karangan perempuan dianggap tidak sopan atau sastra porno. Padahal, kata Sapardi, itulah cara perempuan menggambarkan perempuan. Para penulis laki-laki hanya menggambarkan perempuan sebagai konsep.
"Norma-norma perempuan itu diciptakan laki-laki. Laki-laki menciptakan perempuan harus setia, lembut, baik hati. Tapi, penulis perempuan tidak menggambarkan perempuan seperti itu, mereka menulis berdasarkan penghayatan atas keperempuanannya," ujarnya.
Menurut Sapardi, norma-norma telah berubah seiring perubahan zaman. (WAD)
Sumber: Kompas, Sabtu, 24 November 2007
No comments:
Post a Comment