* Putu Wijaya: Tak Ada Sekat dalam Kesenian
Jakarta, Kompas - Festival seni kontemporer bertaraf internasional, Art Summit Indonesia V, tahun 2007, dibuka hari Kamis (1/11) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ajang itu diharapkan sekaligus untuk menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara berbudaya.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Hadir pula Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dan perwakilan sejumlah negara sahabat.
Dalam sambutannya, Jero Wacik mengungkapkan bahwa seni dan budaya berperan besar dalam menciptakan harmoni sekaligus sebagai jembatan antara Indonesia dan negara-negara lain. Tahun ini terdapat 11 negara terlibat dalam Art Summit Indonesia. Persaudaraan antarbangsa juga dapat diciptakan melalui seni dan budaya dengan cara mengapresiasi karya seniman-senimannya.
Dia menambahkan, Presiden telah mencanangkan ekonomi kreatif dan karya seni menjadi bagiannya. Pemerintah juga semakin serius menangani budaya. Terlebih lagi akhir-akhir ini terdapat negara yang dengan mudah mengambil budaya orang lain.
"Indonesia mempunyai banyak karya budaya yang berserakan di seluruh wilayah. Lantaran banyaknya, terkadang kita teledor dan lupa mendaftarkan hak cipta dan intelektualnya. Sulit untuk mengklaimnya tanpa bukti. Saya sudah menandatangani kesepakatan dengan Departemen Hukum dan HAM terkait perlindungan terhadap karya seni dan budaya. Saya juga meminta agar pendaftarannya tidak dipersulit," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Jero Wacik meminta para seniman dan budayawan yang mempunyai karya baik untuk segera mendaftarkannya. Seni dan budaya dalam industri kreatif dapat menjadi salah satu sumber kesejahteraan rakyat.
Tanpa sekat
Seniman Putu Wijaya, selaku Ketua Tim Artistik Art Summit Indonesia V, mengungkapkan, tahun ini tidak ada lagi penyekatan antara seni musik, tari, dan teater. Semua melebur dalam satu kesatuan, yakni seni pertunjukan.
"Ini salah satu upaya untuk tidak menekankan lagi perbedaan-perbedaan. Sebagai contoh, telah banyak pertunjukan teater yang menggunakan unsur lain. Begitu juga seni lainnya. Dalam seni tradisi kita pun sebetulnya tidak ada sekat-sekat itu," ujarnya. (ine)
Sumber: Kompas, Jumat, 02 November 2007
No comments:
Post a Comment