Wednesday, October 31, 2007

Anugerah Kebudayaan 2007: Bangkitkan Kepedulian Melawan Klaim Pihak Asing

TUMBUH dan lestarinya kebudayaan memerlukan sebuah ruang. Ibarat tanaman, untuk tumbuh perlu lahan yang subur. Agar bisa tumbuh baik, tanaman perlu pula pupuk. Kebudayaan pun akan berkembang bila mendapat tempat layak yang didukung masyarakat dan juga pemerintah. Karena itu, penghargaan kepada budaya dan budayawan menjadi sebuah keniscayaan.

Sebagai wujud penghargaan kepada budaya dan budayawan, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik akan memberikan penghargaan berupa Anugerah Kebudayaan 2007. Penghargaan itu akan diberikan kepada 29 individu dan kelompok masyarakat yang berjasa di bidang kebudayaan.

"Kita harus menghargai budayawan. Penghargaan ini merupakan ciri bahwa kita adalah bangsa yang menghargai budayawan," ungkap Wacik ketika ditemui Media Indonesia di kantornya, kemarin.

Acara Anugerah Kebudayaan 2007 itu akan digelar di Candi Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 6 November 2007. Anugerah itu merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah kepada individu dan kelompok masyarakat, termasuk media massa yang peduli terhadap upaya pelestarian kebudayaan Indonesia.

Penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Hadiah Seni akan diberikan pada acara Anugerah Kebudayaan tersebut. Para pelestari dan pengembang warisan budaya, pengarang buku anak, dan media massa yang telah berjasa mengembangkan dan melestarikan budaya turut pula mendapat penghargaan.

Anugerah Kebudayaan bukanlah acara perdana. Acara tersebut sudah menjadi agenda tahunan dan sudah lima kali digelar. Namun, warna Anugerah Kebudayaan 2007 berbeda dari sebelumnya. Kenapa berbeda? Menbudpar mengatakan acara kali ini diadakan di tengah banyaknya karya cipta budaya Indonesia yang diklaim negara asing. "Jelas semangatnya berbeda," ujarnya.

Wacik mengatakan memang tidak ada kaitan langsung maraknya klaim dengan acara Anugerah Kebudayaan. Namun, momen Anugerah Kebudayaan dapat dijadikan pijakan dan motivasi menyelamatkan karya cipta budaya Indonesia yang diklaim pihak asing. Momen untuk lebih peduli terhadap budaya bangsa.

Selama ini, kebudayaan sendiri kerap dipandang sebelah mata. Digelarnya Anugerah Kebudayaan akan menjadi tonggak penting menjunjung budaya bangsa. Menbudpar mengharap berbagai kalangan termasuk DPR untuk lebih memerhatikan bidang budaya dengan menaikkan anggaran.

Kebudayaan bukan tanggung jawab pemerintah semata. Semua kalangan, di pundak mereka memiliki tanggung jawab terhadap nasib kebudayaan Indonesia. Karena itu, kata Wacik, penghargaan Anugerah Kebudayaan diberikan kepada semua pihak yang serius dalam memelihara, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan Indonesia.

"Dalam menilai media massa atau iklan, misalnya, kita melihat media masa mana atau iklan mana yang paling banyak mengangkat tema-tema budaya Indonesia. Mana tulisan atau iklan yang tidak melanggar etika budaya Indonesia yang luhur ini," ungkapnya terkait dengan penghargaan kebudayaan kepada media massa.

Menurut Menbudpar, sejauh ini penghargaan kebudayaan ditanggapi positif oleh media massa. "feedback-nya positif dari kalangan media massa. Sebab, mereka beranggapan tulisan atau iklan yang tidak mengangkat atau berakar pada kebudayaan Indonesia akan ditinggalkan," ungkapnya.

Sedangkan untuk cerita anak, Menbudpar mengatakan di tengah derasnya cerita anak-anak dari mancanegara, ternyata masih ada seniman yang peduli dengan anak-anak Indonesia dengan membuat cerita yang berakar pada budaya Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Menbudpar mengharap dengan adanya penghargaan tersebut akan lahir penemuan-penemuan kebudayaan baru Indonesia.

"Indonesia itu negara yang luas. Sehingga dimungkinkan adanya daerah-daerah penciptaan atau penemuan budaya Indonesia baru," katanya.

Penghargaan diberikan dalam bentuk lencana emas, medali emas, peniti emas, plakat berlapis emas, piagam, dan uang. Dipilihnya Candi Prambanan sebagai tempat acara merupakan wujud sinergis dalam rangka pemulihan pariwisata pascagempa Yogyakarta pada 2005.(Eri Anugerah/H-2)

Sumber: Media Indonesia, Rabu, 31 Oktober 2007

No comments: