-- Benny Dwi Koestanto
Sosok GM Sudarta sudah melekat dengan tokoh kartun Oom Pasikom. Maka, sah-sah saja jika muncul pertanyaan apakah tokoh kartun yang telah mengisi lembar-lembar Harian Kompas selama 40 tahun terakhir ini tetap akan selalu menyapa pembacanya. Atas pertanyaan ini, GM Sudarta menjawab lugas, "Secara administratif, saya sudah pensiun dari Kompas, tetapi sedapat mungkin Oom Pasikom akan terus bersuara."
Jawaban itu diucapkan GM Sudarta pada pembukaan "Pameran 40 th Oom Pasikom Peristiwa dalam Kartun Tahun 1967-2007" di Galeri Danes Art Veranda, Denpasar, Bali, Kamis (18/10) malam. Pameran akan berlangsung hingga tanggal 28 Oktober 2007, antara pukul 09.00-17 Wita. Akan digelar pula satu sesi khusus tatap muka dengan GM Sudarta di tempat pameran, Sabtu (20/10) mulai pukul 16.00 Wita.
Mengenakan pakaian serba hitam yang merupakan ciri khasnya, malam kemarin GM Sudarta mengungkapkan, dirinya selalu mendapat energi lebih untuk "bersuara" melalui sosok Oom Pasikom. Energi itu diperoleh dari pergulatannya, melalui sosok tokoh yang diciptakannya itu, dengan realitas di masyarakat.
"Banyak pengalaman mencerminkan sosok Oom Pasikom dapat ’berbicara’ dalam situasi tertentu. Namun, banyak pula di kesempatan lainnya sosok itu toh tidak mengubah keadaan. Pergulatan itu berlangsung terus-menerus," kata GM Sudarta.
Bergabung dengan Kompas sejak 1967, sudah lebih dari 40.000 buah kartun politik/karikatur karyanya diterbitkan Kompas. Dari jumlah itu, dipilih 457 kartun yang dinilai telah mewakili zamannya—Orde Baru hingga sekarang—lalu diterbitkan dalam sebuah buku biografi. Dalam pameran di Bali kali ini ditampilkan 148 karya dari keseluruhan karya yang termuat di buku itu.
Sastrawan asal Perancis, Jean Couteau, yang didaulat membuka pameran menyatakan kekagumannya pada sosok GM Sudarta. Menurut dia, GM Sudarta adalah sosok pemberani sekaligus cerdas.
"Sungguh tidak mudah menjadi GM Sudarta ataupun Oom Pasikom. Pergulatannya sungguh mencerahkan, melampaui rasa takutnya. Sebab, dengan kartun ciptaannya itu, apalagi di masa lalu, bisa saja ia ditangkap dan dipenjara," kata Couteau.
Di akhir sambutannya, Couteau dihadiahi karikatur dirinya hasil ciptaan GM Sudarta. Karikatur itu dibuat dalam waktu singkat, tidak lebih dari 10 menit, bersamaan dengan Couteau memberi kata sambutan.
Kekhasan Bali
Rikard Bagun, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, selaku penyelenggara pameran menyatakan, Bali adalah salah satu tempat sentral dalam pengembangan kebudayaan di Tanah Air. Karena alasan itu pula, Bali dipilih menjadi salah satu tempat pameran Oom Pasikom.
Denpasar menjadi kota kelima dari rencana pameran serupa di tujuh kota di Tanah Air. Pameran sebelumnya digelar di Jakarta, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya. Dua kota menyusul adalah Semarang dan Bandung.
"Menjadi sebuah kesempatan baik bagi khalayak untuk melihat kembali perjalanan sejarah bangsa ini, seperti terekam dalam karya terpilih GM Sudarta dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Bali adalah salah satu tempat pengembangan kebudayaan sehingga apresiasi lebih luas diharapkan muncul dari sini," kata Rikard.
Pada akhir pembukaan pameran, turut diserahkan buku biografi 40 tahun Oom Pasikom kepada tujuh budayawan dan sastrawan Bali. Selain Jean Couteau, mereka adalah Prof Adnyana Manuaba, Ayu Laksmi, Cok Sawitri, IG Ngurah Hartha, Popo Danes, dan Kadek Jingo Paramartha. (AYS/ANS)
Sumber: Kompas, Jumat, 19 Oktober 2007
No comments:
Post a Comment