Yogyakarta, Kompas - Segenap anggota sivitas akademika Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Kamis (18/10) pukul 12.15 di Balairung Gedung Pusat UGM Yogyakarta, melepas kepergian sekaligus memberikan penghormatan terakhir kepada sang guru sosok ilmuwan sejati Prof Teuku Jacob (77). Guru besar emeritus Fakultas Kedokteran UGM ini dimakamkan di Makam Keluarga Besar UGM, Sawit Sari, Sleman, Yogyakarta.
Pelepasan jenazah Prof Teuku Jacob di UGM dilakukan dengan upacara militer dengan inspektur upacara Kepala Staf Komando Distrik Militer (Kodim) Sleman Mayor Infanteri Narso. Sewaktu muda, Prof Jacob tercatat sebagai pejuang yang tergabung dalam Tentara Pelajar Resimen Aceh.
Terlihat hadir dalam upacara penghormatan Prof Jacob antara lain mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Ma’arif serta dua mantan Rektor UGM, Ichlasul Amal dan Sofian Effendi.
Putri almarhum satu-satunya, Nina Nurilani Jacob, mengatakan belum bisa bercerita banyak tentang ayahnya. Nina yang tahun lalu menikah sedang mengandung anak pertamanya.
Semua anggota keluarga dengan khusyuk mengikuti prosesi penghormatan terakhir almarhum di Balairung Gedung Pusat UGM. Selama prosesi pemakaman, istri Prof Jacob, Nuraini Jacob (68), lebih banyak menggandeng lengan menantunya, Afmi.
Menurut keluarga, sejak masuk RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, pada 13 hari lalu, Prof Jacob telah kehilangan kesadaran. "Sudah tidak bisa diajak berbicara lagi sejak masuk rumah sakit. Kondisinya lemah," kata famili almarhum.
Ketua Majelis Guru Besar UGM Suryo Guritno saat melepas almarhum menuturkan, bangsa Indonesia, khususnya UGM, telah kehilangan salah satu putra terbaik sosok ilmuwan sejati. Prestasi signifikan yang dimiliki almarhum, selain di bidang ilmu yang digeluti, adalah dalam kurun waktu 36 tahun usia UGM, sebanyak 56,8 persen dari doktor yang dihasilkan oleh UGM adalah saat beliau menjadi rektor.
Ichlasul Amal bercerita saat memangku jabatan sebagai Rektor UGM, Prof Jacob sering mengundang dirinya yang saat itu masih menjabat Dekan Fisipol UGM untuk berdiskusi masalah politik. "Sulit mencari pengganti Pak Jacob. Beliau mendalami antropologi ragawi, tapi juga mengajar ilmu perdamaian pada Program Perdamaian dan Keamanan pada Pascasarjana UGM," tuturnya.
Prof Jacob yang dikenal galak, justru sebaliknya bagi Sofian Effendi. Menurut Sofian, sosok Jacob memberikan banyak inspirasi dan anekdot keilmuan, bahkan dalam humor-humornya pada diskusi ilmiah. Sebab, Jacob memiliki pengalaman studi dan bidang yang luas di banyak negeri. (RWN/WKM)
Sumber: Kompas, Jumat, 19 Oktober 2007
No comments:
Post a Comment