Friday, October 26, 2007

Nabil Award: Setelah Sastra, Salmon Akan Teliti Kesehatan

SETELAH berhasil memberikan sumbangsih atas sejarah perkembangan kesusastraan Melayu-Tionghoa di Indonesia, ahli sastra Tiongkok, Dr Claudine Salmon akan terus memfokuskan diri dalam masalah kedokteran Tiongkok. Hal ini diungkapkan Claudine ketika ditemui SP, Kamis (25/10) malam pada acara penganugerahan Nabil Award yang diterimanya.


Budayawan Franz Magnis Suseno SJ (kanan), menyerahkan piala Nabil Award 2007 kepada ilmuwan asal Prancis, Dr Claudine Salmon (kiri), di Jakarta, Kamis (25/10). Penghargaan yang diberikan kepada Salmon oleh Yayasan Nabil ini untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda. Salmon dinilai tak kenal lelah meneliti kehidupan warga Tionghoa di Indonesia sejak 1966 hingga kini. (SP/Ignatius Liliek)

Menurut Nabil, dengan latar belakang sastra Tiongkok yang dimilikinya, ia akan terus mengkaji semua hal yang berhubungan dengan kebudayaan Tiongkok. Termasuk di dalamnya adalah masalah cara pengobatan ala Tiongkok yang sering dikenal dengan shinse.

Walaupun dirinya belum banyak mengetahui seni pengobatan tradisional ini, Claudine mengakui tidak akan putus asa dengan keterbatasannya dalam masalah medikal. Ia akan berusaha berkonsultasi dengan para pakar kesehatan untuk memperdalam pemahamannya mengenai dunia kesehatan Tiongkok.

"Teknik pengobatan Tiongkok yang dilakukan para shines sudah ada sebelum teknik pengobatan umum berlaku. Obat-obat yang digunakan juga banyak didatangkan dari luar. Hal ini menarik karena bidang kesehatan yang berkembang di Indonesia pada masa lalu juga dipengaruhi oleh ilmu kesehatan china," papar wanita yang kini berumur 69 tahun ini.

Claudine juga akan terus melakukan kajian dalam pertukaran budaya antara suku-suku kecil yang berada di Tiongkok. Baginya amatlah menarik apabila ia menggali lebih dalam keberadaan suku-suku kecil yang berada di Tiongkok, dan keberadaannya di tengah-tengah suku besar seperti suku Han.

Wanita yang berhasil membawa pulang penghargaan dari yayasan Nabil ini mengaku amat berterima kasih dengan semua pihak yang telah membantunya menyelesaikan penelitiannya dalam bidang sastra, agama, komunitas Tionghoa, dan perkembangan Islam yang ternyata cukup dipengaruhi oleh masyarakat Tionghoa pada masa itu.

Terlengkap

Sosiolog Mely G Tan ketika ditemui mengaku, karya-karya terlengkap mengenai kesusastraan roman Melayu-Tionghoa terlengkap dapat dilihat dalam buku Claudine. Dia banyak mengumpulkan karya roman Melayu yang merupakan akar dari bahasa Indonesia yang sekarang ini digunakan sebagai bahasa nasional.

Hal senada juga disampaikan oleh budayawan dan rohaniawan, Prof Franz Magnis Suseno. Menurut Franz, kontribusi yang diberikan Claudine sangat berarti. Hasil-hasil yang ia temukan membuka sebuah pandangan baru mengenai masyarakat Tionghoa.

"Jauh sebelum masuknya Islam ke Indonesia, ternyata masyarakat Tionghoa sendiri sudah memeluk agama Islam. Bukan hanya itu, masyarakat Tionghoa di Indonesia juga banyak memberikan kontribusi dalam berbagai bidang," papar Franz.

Yayasan Nabil adalah yayasan yang memiliki tujuan meningkatkan pemahaman antaretnis, dan intraetnis guna memajukan proses nation building. Proses nation building (pembangunan bangsa) ini sendiri sangat berkaitan erat dengan golongan Tionghoa-Indonesia. [MAR/M-15]

Sumber: Suara Pembaruan, Jumat 26 Oktober 2007

No comments: