MERANGSANG siswa untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah memang tidak mudah. Minat baca memang harus ditumbuhkan. Banyak pakar mengatakan minat baca bisa dimulai dari rumah.
Bagaimanakah menumbuhkan minat baca pada siswa? Ketua Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) Hanna Latuputty menjelaskan, minat baca pada anak harus dimulai sejak dini. ''Bisa dimulai dari rumah. Malah ada pakar yang bilang minat baca seharusnya dimulai sejak dalam kandungan,'' kata Hanna dalam seminar bertema Kolaborasi guru dan pustakawan dalam proses belajar-mengajar di Sekolah Islam Al-Ikhlas, Cipete, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Menurutnya, apabila orang tua memiliki kebiasaan membaca, anaknya pasti suka membaca. Oleh karena itu, penumbuhan minat baca bukan dibebankan kepada sekolah saja. ''Semua harus menjadi tanggung jawab bersama. Baik sekolah, orang tua, maupun pemerintah,'' imbuhnya.
Lain lagi komentar dari konsultan pendidikan dan penulis Agus Listiyono. Menurutnya, tidak mudah menumbuhkan minat baca pada anak. Namun, para pendidik harus memberikan contoh dan motivasi, agar anak mempunyai minat untuk membaca.
Agus pun mengungkapkan pengalamannya saat memberikan motivasi minat baca pada anak. ''Pada awalnya saya mengajarkan kepada anak-anak agar membaca dengan tenang atau membaca tanpa suara. Waktunya ditentukan sekitar sepuluh menit,'' papar Agus.
Pada mulanya para siswa tidak berminat. Bahkan pada menit ketiga, mereka telah meminta untuk berhenti membaca tenang. Namun, Agus tidak menyerah. Ia tetap meminta para siswa membaca tenang. Kegiatan itu dilakukan berulang-ulang. Pada akhirnya, anak-anak telah terbiasa membaca tenang.
''Pada akhirnya anak-anak menganggap waktu sepuluh menit itu kurang. Sekarang mereka menuntut agar waktu membaca tenang diperpanjang.''
Senada dengan pengalaman Agus, Ratna Tan, guru sekaligus pustakawan dari Sekolah Pelita Harapan, Lippo Cikarang, menjelaskan, metode membaca tenang memang bermanfaat untuk mempersiapkan anak untuk belajar serius di kelas.
''Membaca tenang selama 15 menit bisa membuat anak lebih berkonsentrasi untuk menerima pelajaran selanjutnya,'' ujar Ratna.
Ia mengakui, biasanya setelah jam istirahat, anak-anak masih gaduh dan belum siap untuk belajar. Untuk itu, lanjut Ratna, jalan terbaiknya adalah dengan menyuruh membaca tenang.
Selain membaca tenang, anak didik pun harus didorong untuk sering dan suka berkunjung ke perpustakaan.
Lantas, bagaimana untuk mendorong anak didik berkunjung ke perpustakaan? Sebab, kesan masyarakat selama ini perpustakaan hanyalah terdiri dari rak-rak penuh buku yang kotor dan berdebu. Buku-bukunya terkadang tidak komplit atau sudah terlalu tua, dengan kertas yang telah menguning.
Ratna menjelaskan, kini banyak perpustakaan menyiasati untuk menarik minat pengunjung terutama para pelajar. Misalnya menyediakan majalah remaja, ruangan yang terang dengan pencahayaan yang bagus, dan desain warna tembok yang terang.
''Juru kepustakaan pun harus bisa mendekati gurunya, menanyakan apa yang mereka butuhkan dan buku apa yang diinginkan,'' ujar Ratna.
Dengan langkah-langkah itu semua, baik Ratna, Hanna, maupun Agus yakin para siswa dapat tertarik untuk mengunjungi perpustakaan. (Edwin Tirani/H-3).
Sumber: Media Indonesia, Sabtu, 20 Oktober 2007
No comments:
Post a Comment