Thursday, October 18, 2007

Obituari: Prof Teuku Jacob Meninggal

T Jacob (ASP/Fska Sani Evani)

[YOGYAKARTA] Penyandang gelar Bintang Mahaputra Nararya, Prof Dr Teuku Jacob, meninggal dunia di usia ke-78 pada Rabu (17/10) pukul 18.00 WIB di RSU Dr Sardjito Yogyakarta. Almarhum meninggalkan seorang istri, Nuraini (68) dan seorang putri, Nina Nurilani.

Menurut Humas UGM Suryo Baskoro pada Rabu (17/10) malam, almarhum dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar UGM di Sawitsari Kamis (18/10) pukul 13.00 WIB dan sebelumnya, dilakukan penghormatan terakhir di Balairung UGM.

Pakar antropologi ragawi dengan jabatan terakhir sebagai profesor emeritus Fakultas Kedokteran UGM ini pernah menjadi Rektor UGM ke-7 periode 1981-1986. Sempat dirawat intensif di ruang Intensif Care Unit (ICU) RSU Dr Sardjito sejak Jumat 5 Oktober lalu, akibat gangguan lever dan jantung, pria kelahiran Peurelak, Aceh Timur, 6 Desember 1929 itu, merupakan salah satu pakar paleoantropologi yang cukup disegani di dunia internasional, khususnya tentang fosil manusia Flores yang ditemukan di Liang Bua oleh Michael Moorwood ilmuwan dari Australia.

Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, T Jacob menerima Bintang Mahaputra Nararya, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 503/TK/ 2002.

Mengawali masa studinya di Fakultas Kedokteran UGM (1956), T Jacob menamatkan pendidikan pascasarjananya di University of Arizona Graduate College, Tucson AS (antropologi, 1957) dan mengambil desertasi di Howard University Graduate School, Washington DC, bidang Ilmu Antropologi.

Karier pertamanya di bidang pendidikan adalah menjadi asisten dosen (antropologi) Fakultas Kedokteran UGM (1954-1956). Pada tahun 1965, Prof T Jacob menjabat Lektor Kepala, dan sempat menjadi Visiting Profesor di San Diego State College (1968). Gelar Profesor emeritus diperolehnya pada tahun 1971, dan menjadi Anggota Majelis Permusyawatan Rakyat pada tahun 1982, Professor invitee Museum d'Histoire Naturelle (1991-1999-2000- 2001) dan Professor entrenger College de France tahun 1992.

Sampai akhir hayatnya Jacob yang masih menjabat selaku Kepala Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi UGM itu, juga menyandang Satyalencana Karyasatya Kelas I, Republik Indonesia (1980), Medali Paul Broca, CNRS (1980), DSc Open International University for Complementary Medicine, Colombo , Srilanka (1992), Medali Emas, Indian Board of Alternative Medicines, Calcutta (1993), dan Anugrah Hamengku Buwono IX, UGM (1997).

T Jacob selaku pakar Paleoantropologi Ragawi UGM, sempat mencuat karena kontra analisisnya terhadap temuan artefak manusia Flores. T Jacob beranggapan, tulang manusia Flores yang ditemukan di Liang Bua Rampasasa itu adalah manusia biasa yang kerdil atau pygmy. [152]

Sumber: Suara Pembaruan, Kamis, 18 Oktober 2007

1 comment:

sachroel said...

mampir blogwalking