Wednesday, October 10, 2007

Obituari: Azan Asar Mengiringi Pemakaman Toto

KETIKA jenazah penyair Toto Sudarto Bachtiar bin Islapi Kartasasmita (78) diturunkan ke liang lahat, Selasa (9/10) sore, di Pemakaman Umum Gurumuh Kota Bandung, gema azan Asar terdengar dari masjid terdekat. Jalannya upacara pemakaman seketika itu terasa puitis, apalagi diiringi beberapa daun gugur dari beberapa pohon yang ada di situ.

Penyair Toto Sudarto Bachtiar yang terkenal dengan puisi ”Ibu Kota Senja” meninggal dunia Selasa pagi (9/10), di rumah salah seorang familinya di Cisaga, Ciamis. Almarhum meninggal sekitar pukul 5.50, saat hendak berangkat ke Bandung. Semasa hidupnya, almarhum juga dikenal sebagai pelatih tenis. ”Saat itu, tengah menunggu mobil 4848 yang akan menjemputnya,” ujar Didin Kusdiana (45), menantu almarhum dalam percakapannya dengan ”PR” di rumah duka Jalan Situ Batu No. 6 Kompleks Geologi, Buahbatu, Bandung.

Menurut Didin, almarhum Toto Sudarto Bachtiar memang sempat terkena serangan jantung sekitar 1998, namun kemudian pulih. Waktu berangkat ke Ciamis Selasa pekan lalu, lanjut Didin, Toto Sudarto Bachtiar dalam keadaan sehat walafiat. Almarhum meninggalkan seorang istri Zainar, dan seorang anak Sri Adilah Parikasih, serta dua orang cucu.

Meninggalnya Toto Sudarto Bachtiar, kata budayawan Uu Rukmana yang juga dikenal sebagai Ketua Dewan Kurator YPK adalah berita duka bagi dunia kesenian di Bandung, khususnya dan di Indonesia pada umumnya. ”Kang Toto Sudarto Bachtiar adalah anggota dewan kurator yang telah banyak memberikan gagasan untuk pengembangan kebudayaan di Bandung. Kang Toto merupakan penyair besar yang dimiliki Indonesia setelah Chairil Anwar. Karya-karya yang ditulisnya memberi semangat terhadap perjuangan kemerdekaan bagi bangsa dan negara ini,” ujar Uu Rukmana saat melayat jenazah almarhum Toto Sudarto Bachtiar di rumah duka.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ketua Forum Sastra Bandung Dr. Ir. Juniarso Ridwan. ”Beliau merupakan penyair yang paling konsisten, tidak ada perubahan gaya sejak mulai menulis puisi hingga sekarang. Selain dikenal sebagai penyair, Kang Toto dikenal pula sebagai penerjemah naskah teater, novel, dan cerita pendek. Di samping itu, Kang Toto merupakan spirit bagi para penyair muda,” ujar Juniarso yang juga dikenal sebagai Kadis Tata Kota Bandung saat ini. (Soni/Diro/Irfan/PR)

Sumber: Pikiran Rakyat, Rabu, 10 Oktober 2007

No comments: