Saturday, January 22, 2011

NIlai Pancasila: Etnisitas Semakin Kuat dan Berisiko

YOGYAKARTA, KOMPAS - Etnisitas dalam praktik politik lokal menguat di sejumlah daerah. Akibatnya, kepentingan bangsa secara umum makin terabaikan dalam berbagai kebijakan di daerah. Kondisi itu dikhawatirkan memperbesar potensi perpecahan bangsa.

Demikian disampaikan Guru Besar Sosiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sunyoto Usman, seusai berbicara dalam diskusi ”Pancasila dalam Perspektif Sosial Politik” yang diselenggarakan Pusat Studi Pancasila UGM, Kamis (20/1). ”Mengentalnya etnisitas dalam politik lokal ini terlihat sejak otonomi daerah. Otonomi daerah diterjemahkan secara sempit dengan menguatkan etnisitas,” paparnya.

Kondisi itu turut dipengaruhi penetapan batas wilayah sejumlah kabupaten dan kota yang didasarkan pada pengelompokan etnis di daerah bersangkutan. Toraja, misalnya, identik dengan etnis Toraja. Bone yang hanya identik dengan etnis Bone.

Fenomena menguatnya etnisitas yang disebut etnifikasi itu, lanjut Sunyoto, di antaranya terlihat pada sejumlah kebijakan pemerintah daerah yang cenderung mempertimbangkan kepentingan masyarakat etnis tertentu saja. Idealnya, potensi daerah diangkat demi kepentingan bersama seluruh masyarakat Indonesia.

Sunyoto mengatakan, terdapat dua faktor utama pemicu meningkatnya etnifikasi, yaitu globalisasi dan kebijakan sentralistik pemerintah pusat. Kedua hal itu menimbulkan tekanan dan nilai-nilai baru yang beberapa kali tak sesuai dengan masyarakat setempat.

Kepala Pusat Studi Pancasila UGM Sindung Tjahyadi menuturkan, era keterbukaan informasi saat ini menghadirkan tantangan baru bagi konsep kebangsaan. Banyak nilai-nilai asing yang membuat nilai-nilai bangsa semakin tergerus. Akibatnya, konsep kebangsaan pun kian sulit ditanamkan pada generasi muda. ”Di zaman dulu, masyarakat lebih banyak mengenal nilai-nilai tradisi daerah dan nilai-nilai yang ada di Indonesia sehingga konsep kebangsaan itu tertanam. Sekarang, banyak sekali nilai asing yang ditawarkan,” ucapnya.

Untuk mengatasinya, ujar Sindung, Pusat Studi Pancasila UGM telah berupaya menginternalisasi kembali nilai-nilai Pancasila, terutama di kalangan pelajar. (IRE)

Sumber: Kompas, Sabtu, 22 Januari 2011

No comments: