Saturday, January 08, 2011

Paleontologi: Sepupu Neanderthal di Asia

SEKITAR 30.000-50.000 tahun yang lalu pernah hidup sekelompok manusia purba saudara sepupu Neanderthal yang hidup di Asia. Spesies baru ini diberi nama Denisova karena ditemukan di Goa Denisova, Siberia, pada tahun 2008. luki aulia

Keberadaan saudara sepupu Neanderthal ini diketahui setelah tim peneliti pimpinan David Reich dari Harvard Medical School, Boston, dan Svante Paabo dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, menemukan fosil seruas tulang jari dan gigi geraham anak perempuan berusia 5-10 tahun. Gigi geraham itu berukuran lebih besar dari milik manusia modern (sekitar 1,5 sentimeter) dan bentuknya lebih mirip gigi manusia purba.

Setelah membandingkan DNA si anak perempuan itu dengan DNA 38 manusia modern dari 54 kelompok masyarakat yang berbeda, ditemukan bukti kelompok Denisova pernah hidup di seluruh wilayah Asia.

”Meski kami menemukan tulang jari dan gigi gerahamnya, kami tidak tahu sama sekali bagaimana wajah dan bentuk tubuh manusia Denisova,” kata Reich.

Ketika berada di Asia terjadi persilangan Denisova dengan manusia modern nenek moyang masyarakat pribumi Papua Niugini dan masyarakat yang kini tinggal di Melanesia, kepulauan Pasifik.

Namun, lokasi dan waktu terjadinya persilangan secara tepat belum diketahui. Yang mengherankan bagi para peneliti, tidak ada bukti-bukti persilangan antara Denisova dan nenek moyang manusia modern yang kini tinggal di Eurasia.

Penemuan yang dipaparkan dalam majalah Nature edisi 23 Desember 2010 itu memperkuat keyakinan kalangan peneliti bahwa masih banyak spesies manusia yang belum ditemukan. Temuan ini juga memperkuat dugaan para peneliti bahwa sekitar 1 juta tahun yang lalu beragam spesies manusia pernah hidup berdampingan. Sayangnya, lebih banyak yang tinggal di daerah tropis sehingga fosil-fosilnya tidak tersisa.

Richard Green, peneliti dan pakar teknik biomolekul di Baskin School of Engineering di University of California, Santa Cruz, menilai temuan baru ini membuat sejarah evolusi manusia semakin rumit. ”Selama ini yang kita yakini manusia modern migrasi keluar Afrika dan menggantikan Neanderthal. Namun, sekarang ceritanya jadi ruwet karena ternyata ada lebih banyak spesies manusia yang terlibat dan lebih banyak interaksi yang terjadi,” ujarnya.

Sampai sejauh ini analisis para peneliti adalah Neanderthal keluar dari Afrika dan bermukim di Eropa, Asia Tengah, dan Timur Tengah selama 170.000 tahun. Namun, semua bukti keberadaan mereka hilang sejak 28.000 tahun lalu. Sementara Denisova keluar dari Siberia berjalan ke arah timur dan bermukim di sepanjang pinggir pantai Asia Tenggara sekitar 400.000- 50.000 tahun yang lalu.

Belum tentu baru

Direktur Program Asal-Usul Manusia di Smithsonian Institution Rick Potts mengingatkan untuk tidak buru-buru menyebut Denisova sebagai spesies manusia yang baru. Hasil temuan baru itu hanya membuktikan Denisova berbeda dari Neanderthal dan manusia modern tetapi belum tentu mereka spesies baru. Bisa jadi Denisova sebenarnya spesies manusia yang telah diketahui sebelumnya tetapi tidak ada DNA yang bisa dipakai sebagai perbandingan seperti yang terjadi pada Homo heidelbergensis.

Paabo sependapat dengan Potts. Lebih baik tidak menyebut Denisova sebagai spesies baru untuk menghindari konflik akademik. Neanderthal yang sudah banyak ditemukan fosilnya masih saja mengundang perdebatan di kalangan ahli paleontologi. ”Kita hanya punya gambaran yang lebih jelas tentang keberadaan Denisova. Kita masih belum tahu jelas jenis manusia apa saja yang ada setelah Neanderthal keluar dari Afrika,” ujarnya.

Bisa jadi juga Denisova ini subspesies di bawah Neanderthal atau bahkan manusia modern. Masih belum jelas juga seberapa berbeda kita atau Neanderthal sebenarnya dengan Denisova. Yang jelas, keduanya sama-sama disebut sebagai manusia, sama seperti kita. Menurut ahli genetis di Stanford University, Brenna Henn, temuan Denisova ini membuktikan banyak terjadi persilangan antara berbagai jenis manusia yang berbeda. Ini yang tidak pernah diduga oleh para peneliti sebelumnya. ”Sebelum enam bulan yang lalu, tidak ada bukti genetis adanya percampuran antara manusia purba dan manusia modern,” ujarnya.

Apa pun pendapat kalangan ahli paleontologi, bagi Paabo yang menarik dari temuan ini hanyalah bukti keberadaan Denisova di Asia sementara fosilnya ditemukan di Siberia, sekitar 10.000 kilometer dari Asia. ”Yang menarik adalah sekarang kita tahu paling tidak ada dua kelompok manusia purba di dalam diri kita. Bahkan bisa jadi lebih dari dua,” kata Paabo.

Untuk sementara, informasi yang lebih rinci tentang tradisi budaya Denisova masih misteri karena di dalam Goa Denisova tidak ditemukan peralatan hidup sehari-hari, seperti peralatan makan atau berburu yang biasa ditemukan di goa-goa Neanderthal dan manusia modern. ”Yang kita punya untuk sekarang ini hanya gigi, tulang jari, dan analisis gen,” kata Reich yang berharap akan menemukan lebih banyak fosil Denisova di dalam goa.

Ahli paleontologi di George Washington University, Brian Richmond, berharap temuan baru ini semakin menggairahkan para peneliti untuk lebih banyak melakukan penggalian dan analisis sejarah evolusi manusia. ”Cerita baru apa pun yang muncul dalam sejarah evolusi kita akan selalu menarik. Apalagi cerita baru seperti munculnya Denisova ini,” ujarnya.

(REUTERS/AFP/national geographic/discovery/the new york times/bbc/LUK)

Sumber: Kompas, Sabtu, 8 Januari 2011

No comments: