SETELAH mengamati dan menilai penampilan 16 Kelompok Teater finalis Festival Teater Remaja (FTJ) 2010 sejak tanggal 17 sampai dengan 24 Desember 2010 lalu, Dewan Juri FTJ 2010 yang terdiri dari Putu Wijaya (Ketua), N. Riantiarno (anggota), Ratna Sarumpaet (anggota), Dindon WS (anggota), dan Franky Raden (anggota) memutuskan pemenang terbaik dalam FTJ 2010.
1.Grup Terbaik STAGE CORNER COMMUNITY Jakarta Pusat. 2.Grup Favorit TEATER AMOEBA Jakarta Barat. 3.Grup Dipujikan TEATER LEGIUN Jakarta Barat. 4.Sutradara Terbaik DADANG BADOET Stage Corner Community. 5.Pemeran Utama Pria Terbaik JOIND BAYUWINANDA Teater Amoeba. 6.Pemeran Utama Wanita Terbaik LINA EREN Teater Mode. 7.Pemeran Pembantu Pria Terbaik LUTHFI AZIZ Teater Amoeba). 8.Pemeran Pembantu Wanita Terbaik SINTYA SYAKRAW Stage Corner Community. 9.Penata Artistik Terbaik KADE STAGEART Stage Corner Community. 10.Penata Musik Terbaik DHIDIET Stage Corner Community. 11.Penghargaan Khusus untuk Naskah Drama Asli yang dimainkan dalam FTJ 2010.
Tentang Festival Teater Jakarta, sebanyak 16 kelompok terbaik dari lima wilayah DKI Jakarta telah menunjukkan kebolehan mereka dalam Festival Teater Jakarta (FTJ) 2010 di Pusat Kesenian bergengsi, Taman Ismail Marzuki kRGTIMKRG. Acara yang merupakan final dari seleksi (FTJ Babak Penyisihan) di tingkat wilayah kota administrasi se-DKI Jakarta ini menyuguhkan hasil pergulatan dan pencapaian artistik masyarakat teater di Ibukota.
FTJ 2010 yang dilaksanakan mulai 16 sampai dengan 26 Desember 2010 adalah sebuah ajang kompetisi para peteater Jakarta yang terselenggaran sejak 1973. FTJ adalah salah satu festival tertua yang masih bertahan hingga kini. Wadah kreativitas tahunan yang telah melahirkan 22 kelompok teater senior.
Kelompok teater yang diharapkan dapat berkiprah di kancah seni pertunjukan nasional dan internasional.
Dalam perkembangannya, FTJ menjadi barometer perkembangan perteateran kota Jakarta. Karena peserta FTJ adalah kelompok-kelompok teater komunitas di Jakarta yang terorganisasi dalam lima asosiasi perteateran wilayah. Asosiasi ini berkoordinasi erat dengan Suku Dinas Kebudayaan, Gelanggang Remaja, dan Balai Latihan Kesenian yang ada lima wilayah DKI Jakarta.
Pada 2010 ini FTJ digelar untuk ke-38 kalinya. Festival teater yang diprakarsai oleh (alm) Wahyu Sihombing dan didukung oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan (alm) Ali Sadikin selaku Gubernur Jakarta saat itu, dikemas dengan sejumlah mata acara lainnya. Acara-acara lainnya itu adalah Pameran, Pasar Drama dan Warung, Workshop Penulisan Kritik Teater, Peluncuran Buku, Pemutaran Dokumentasi Video Teater, Diskusi Tematik dan Diskusi Penyutradaraan.
Diawali dengan acara pembukaan pada 16 Desember 2010 yang diisi oleh pagelaran Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih yang mengangkat lakon "Beranak Dalam Kubur". Sebuah lakon horor fenomenal yang membuat geger para penoton karena ada hantu pocong melayang-layang di atas kepala para penonton di Teater Kecil, TIM.
Sekitar dua ratusan penonton dibuat tercengang lalu berdecak kagum dan tampak puas terhibur oleh penampilan kelompok sandiwara tertua yang masih bertahan hingga saat ini.
Buku "Antologi Drama Indonesia" terbitan Yayasan Lontar diluncurkan pada tanggal 18 Desember 2010 di Lobby Teater Kecil, TIM, yang dikupas oleh N. Riantiarno dan John H. McGlynn.
Sementara buku "Perjalanan Teater Kedua: Antologi Tubuh dan Kata karya Afrizal Malna diluncurkan pada 23 Desember 2010 di tempat yang sama dengan pembahasaan oleh seorang antropolog dari Universitas Indonesia, Iwan Meulia Pirous.
Pada FTJ 2010 ini berhasil mensosialisasikan tema "Membaca Aku, Membaca Laku". Suatu tawaran platform kerja teater setidaknya untuk 3 (tiga) tahun ke depan. Secara lebih khusus tema ini dibahas dalam Diskusi Tematik pada tanggal 19 Desember 2010 di Lobby Teater Kecil, TIM dengan pembicara Benny Johanes dan Ugeng T. Moetidjo.
Acara-acara lain yang tak kalah menarik perhatian pengunjung adalah pameran yang menampilkan stan dari lima asosiasi teater Jakarta yang memajang dokumentasi foto, poster dan catatan-catatan perteateran di wilayah masing-masing sebagai sebuah kaleidoskop FTJ sejak 1973 hingga 2010.
Di antara areal pameran tersebut ada pemutaran dokumentasi video teater dari pentas-pentas teater pilihan yang menambah kesemarakan FTJ kali ini. Begitu pun warung dan pasar drama yang tergelar di areal depan Teater Kecil, TIM, menambah daya tarik penyelenggaraan FTJ. Tak kurang dari 500 pengunjung yang hadir setiap harinya menikmati sajian acara FTJ 2010.
Puncak acara dilaksanakan pada 26 Desember 2010 di Graha Bakti Budaya, TIM, yang merupakan acara penutupan sekaligus malam penganugerahan pemenang FTJ 2010. Kali ini acara hiburan pamungkasnya diisi oleh penampilan kelompok Wayang Kampung Sebelah dengan dalang Ki Jliteng Suparman dari Solo, Jawa Tengah. Kelompok wayang kontemporer ini menampilkan lakon "Yang Atas Mengganas, Yang Bawah Beringas" FTJ 2010 yang didanai oleh Dewan Kesenian Jakarta didukung pula oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, London School of Public Relation, PKJ TIM dan beberapa media partner ini ditutup oleh Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Firman Ichsan.
Dewan Kesenian Jakarta adalah salah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat seniman dan dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 17 Juni 1969. Tugas dan fungsi DKJ adalah sebagai mitra kerja Gubernur Kepala Daerah Propinsi DKI Jakarta untuk merumuskan kebijakan guna mendukung kegiatan dan pengembangan kehidupan kesenian di wilayah Propinsi DKI Jakarta. Pada awalnya anggota pengurus Dewan Kesenian Jakarta diangkat oleh Akademi Jakarta, yaitu para budayawan dan cendekiawan dari seluruh Indonesia.
Kini, seiring berjalannya waktu, pemilihan anggota DKJ dilakukan secara terbuka, melalui pembentukan tim pemilihan yang terdiri dari beberapa ahli dan pengamat seni selain anggota Akademi Jakarta sendiri. Nama-nama calon diajukan dari berbagai kalangan masyarakat maupun kelompok seni. Masa kepengurusan DKJ adalah 3 tahun.
Kebijakan pengembangan kesenian tercermin dalam bentuk program tahunan yang diajukan dengan menitikberatkan pada skala prioritas masing-masing komite. Anggota DKJ berjumlah 25 orang, terdiri dari para seniman, budayawan dan pemikir seni, yang terbagi dalam 6komite: Komite Teater, Komite Film, Komite Musik, Komite Sastra, Komite Seni Rupa, dan Komite Tari. (Gilang Abdul Azis)
Sumber: Suara Karya, Sabtu, 8 Januari 2011
No comments:
Post a Comment