Sunday, November 01, 2009

Puisi Kuntum Mekar 2009: Cinta Bangsa dan Negara

DALAM kehidupan manusia dewasa ini, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat untuk mentransformasikan pikiran, gagasan, maupun perasaan-perasaan estetik dalam sebuah teks, baik berupa karya sastra, esai, maupun teks lainnya, yang di dalamnya mengandung citra, majas, metafora, dan simbol.

Apa yang ditulis para peserta lomba penulisan Puisi Kuntum Mekar Pikiran Rakyat 2009 juga demikian, meski pada satu sisi, hampir sebagian peserta masih terbata-bata menggunakan bahasa sebagai media ekspresi dalam penulisan puisi. Itu terjadi, karena para peserta tidak atau kurang memahami apa dan bagaimana makna sebuah kata dalam sebuah kalimat yang dituliskannya dalam larik-larik puisi yang indah, penuh makna.

Lomba penulisan puisi Kuntum Mekar Pikiran Rakyat 2009 dengan tema "Indonesia Negaraku" atau "Mencintai Indonesia" atau apa pun yang berkaitan dengan Indonesia, tentu saja bukan hanya puja-puji terhadap apa dan bagaimana negara Indonesia, tetapi juga bisa bicara tentang apa dan bagaimana kondisi sosial-politik di negara kita saat ini, yang tiada hentinya dilanda bencana alam, maupun bencana moral seperti maraknya kasus tindak pidana korupsi, yang dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai yang dilakukan oknum wakil rakyat hingga oknum pejabat negara.

Tema-tema yang demikian itu diungkap oleh 50% peserta Lomba Penulisan Puisi Kuntum Mekar Pikiran Rakyat 2009, sisanya terbagi dalam tema sanjungan terhadap tanah air (35%), serta tema Indonesia dan kekayaan budaya yang dijarah tetangga (15%). Semua ini menunjukkan bahwa para pelajar SMA dan SMP dari 19 kota di Jawa Barat menunjukkan kepedulian yang tinggi akan kecintaannya terhadap tanah air, Indonesia. Ada pun jumlah puisi yang ikut lomba tahun ini sebanyak 300 puisi dari 150 peserta. Beberapa peserta di antaranya ada yang mengirimkan dua hingga tiga puisi.

Ketua Dewan Juri penyair Acep Zamzam Noor menyatakan pelajaran penulisan kreatif kiranya perlu mendapat perhatian yang serius dari kalangan pendidik di tingkat SMP dan SMA mengingat dewasa ini begitu banyak media massa cetak dan penerbitan buku yang menampung tulisan para penulis dari kalangan anak-anak SMP dan SMA. Tulisan yang dimaksud tidak hanya puisi, tetapi cerita pendek, novel, dan tulisan lainnya.

Atas dasar pertimbangan semacam itulah, Lomba Penulisan Puisi Kuntum Mekar 2009 yang digelar oleh Pikiran Rakyat berpangkal pada pemupukan bakat dan minat siswa dalam bidang penulisan karya sastra, agar di kemudian hari kemampuan menulis yang diasahnya tidak hanya dijadikan pengisi waktu luang, tetapi juga dijadikan pekerjaan profesional untuk mencari nafkah pada satu sisi, dan pada sisi lainnya turut mencerdaskan bangsa dengan apa yang kita tulis itu. Apa yang ditulis penyair Rendra, Ajip Rosidi, dan Goenawan Mohamad telah menunjukkan hal itu, demikian juga dengan yang dilakukan Chairil Anwar dan Amir Hamzah.

Dewan Juri dalam rapat penilaian yang penuh ketegangan memutuskan Diyanti Sholifiany, siswi SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, dengan puisi berjudul "Harapan untuk Sebuah Negeri" dan Annisa Rahmani siswa SMP IT Boarding School Subang, Kabupaten Subang, lewat puisi "Hanya Satu" sebagai Juara Pertama Penulisan Puisi Kuntum Mekar 2009, yang digelar oleh Pikiran Rakyat untuk ketiga kalinya itu.

Kedua penyair tersebut secara esensial menguasai bahasa dengan baik, yang dipakainya sebagai alat ungkap dalam penulisan puisi. Keduanya tidak hanya bicara soal tanah air yang indah, tetapi juga mengungkap soal lainnya, menyentuh sisi kemanusiaan, dan rasa cinta yang mendalam terhadap tanah air.

Diyanti misalnya, membuka puisinya dengan sintaksis teks, berbunyi: Negeriku di masa depan/ Adalah…/ Negeri di mana para petinggi negara/ Bekerja keras siang malam untuk mengurus rakyatnya/ Karena takut tak mampu mengemban amanat di pundaknya/ Bukan karena sibuk memperkaya diri//

Sedangkan Annisa membuka puisinya dengan sintaksis teks yang berbunyi: Sampan terus kukayuh/ Sayap terus kukepak/ Kakiku tak henti menari/ Otakku terus berputar/ Pelabuhan demi pelabuhan/ Terus aku singgahi//…

Kedua petikan puisi tersebut secara esensial mengungkap rasa cinta, dan kekaguman terhadap negara Indonesia, yang disesalkan kenapa negara yang kaya raya ini harus dirusak tangan-tangan jahil, mulai dari oknum pejabat negara yang korup, oknum wakil rakyat yang sakit jiwa karena berkhianat kepada rakyat dan negara, hingga ulah teroris dan sebagainya, yang pada sisi-sisi tertentu membuat bangsa dan negara ini terpuruk karenanya.

Dengan demikian, jelas bahwa menulis puisi dalam kehidupan manusia di Indonesia khususnya, dan di dunia pada umumnya bukan merupakan sebuah kegiatan yang baru. Apa sebab? Karena masing-masing suku bangsa di berbagai belahan dunia mempunyai tradisi penulisan puisi, yang satu sama lainnya berbeda, namun secara esensial mempunyai makna yang sama, yakni berekspresi untuk menyatakan isi hatinya, entah ditujukan kepada Tuhan, alam, kekasih, maupun kepada hal lainnya yang personal sifatnya.

Adapun juara lainnya untuk tingkat SMP adalah: juara kedua Azka Nabila, siswa SMP Negeri 5 Bandung lewat puisi "Negeriku Indonesiaku," dan juara ketiga Yuki Dwi Pratiwi, siswi SMP Negeri 7 Bandung lewat puisi "Satu untuk Indonesia." Juara harapan satu sampai tiga masing-masing diraih Renita Ayuandra N., siswi SMP Negeri 14 Bandung lewat puisi "Pelangi di Negeriku," Anjasmara Putra Dwitama siswa SMP Negeri 37 Bekasi lewat puisi "Negeri Impian Pulau Terluar Indonesia," dan Catherine Belia, siswi SMPK BPK Penabur Bandung, lewat puisi "Indonesiaku."

Sementara itu, Juara Kedua untuk tingkat SMA diraih oleh Daniel Hermawan, siswa SMAK BPK Penabur Bandung lewat puisi, "Salamku untuk Bunda," dan Juara Ketiga diraih oleh Leny Noviani Nuraisyah siswi SMA Islam-Almizan lewat "Budak Dalam Negeri". Adapun Juara Harapan Satu sampai Tiga masing-masing diraih oleh Iqbal Aulia Elmursyidi siswa SMA Alfa Centauri lewat puisi "Sebuah Puisi untuk Indonesiaku," Rahmaini Fatimah Sabra siswi SMA Negeri 4 Bandung lewat puisi, "Bagiku Indonesia," dan Kamilatussyafikoh, siswi SMA Negeri 24 Bandung lewat puisi "Pemakaman Sebuah Negeri"

Menurut Manajer Marketing Communications, H. Windu Djajadiredja, diselenggarakannya lomba penulisan Puisi Kuntum Mekar akan terus dilakukan oleh HU Pikiran Rakyat dengan tujuan untuk menumbuhkembangkan minat penulisan karya sastra di kalangan anak-anak sekolah. "Pesertanya dari tahun ke tahun terus meningkat," ujarnya.

Selebihnya, selamat kepada para pemenang, semoga apa yang diraih hari ini bisa dijadikan titik pijak untuk lebih memprofesionalkan diri di masa mendatang. (Soni Farid Maulana/"PR")

Sumber: Khazanah, Pikiran Rakyat, Minggu, 1 November 2009

No comments: