Jakarta, Kompas - Belum adanya kepastian soal jadi atau tidaknya penyelenggaraan Ujian Nasional 2010 menyebabkan sejumlah kepala sekolah, guru, dan siswa kebingungan. Penjelasan pemerintah saat ini baru secara lisan dan belum ada edaran tertulis yang diterima mereka.
Penjelasan tertulis tersebut dirasakan mereka sangat perlu, terutama menyangkut percepatan penyelenggaraan ujian nasional (UN) dan dicampurnya peserta UN SMA/MA/SMK.
”Waktunya sudah sangat mepet. Kalau jadi, sekitar tiga bulan lagi,” kata Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Ade Karyana, Minggu (29/11) di Palembang.
Sambil menunggu keputusan pemerintah, Ade Karyana mengatakan bahwa pihaknya tetap menginstruksikan para kepala dinas pendidikan kabupaten/kota agar terus melakukan persiapan menghadapi UN. Para kepala sekolah dan guru juga diminta tetap mempersiapkan siswanya untuk menghadapi UN dengan memberikan pelajaran tambahan.
Di Yogyakarta, sejumlah sekolah tetap melanjutkan persiapan UN hingga ada pemberitahuan resmi dari pemerintah. Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kota Yogyakarta, misalnya, akan tetap menyelenggarakan uji coba UN sebanyak empat kali. ”Anak-anak kami imbau tetap tenang dan terus belajar untuk menempuh UN karena belum ada pengumuman UN dibatalkan,” kata Ketua MKKS SMA Kota Yogyakarta Timbul Mulyono.
Kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta Sugeng Sumiyoto mengatakan, mengingat waktu menjelang UN semakin mepet, pihaknya akan menggunakan waktu liburan semester untuk pelajaran tambahan.
Jawaban tertukar
Sejumlah guru dan orangtua siswa secara terpisah mengkhawatirkan lembar jawaban siswa tertukar jika peserta UN jadi dicampur. Dikhawatirkan pula terjadi ”perjokian” karena siswa tidak saling kenal dalam satu ruangan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Mansyur Ramly secara terpisah menyatakan bahwa rencana peserta ujian dicampur akan dievaluasi kembali.
”Nanti akan dilihat dulu, lebih banyak manfaat atau mudaratnya. Memang akan sulit dalam pelaksanaannya dan bisa menimbulkan efek beban psikologis juga buat siswa,” kata Mansyur Ramly.
Erli Driana, Koordinator Education Forum, mengatakan, terjadi salah kaprah dalam penyelenggaraan UN.
”Pembelajaran di sekolah saat ini terjebak menyiapkan siswa untuk lulus UN, bukan menyiapkan siswa berkualitas dan menjadi pribadi yang kreatif serta inovatif,” kata Erli Driana, yang mendalami bidang evaluasi di Universitas Ohio, Amerika Serikat. (WAD/IRE/MDN/ELN)
Sumber: Kompas, Senin, 30 November 2009
No comments:
Post a Comment