Jakarta - Mengingat seorang budayawan hebat seperti Si Burung Merak (julukan WS Rendra) memang tak ada habisnya, mulai dari karya hingga pemikirannya tak terlupakan oleh banyak orang.
Tak hanya sahabat seniman dan budayawan, masyarakat luas pun tak pernah melupakan jasanya dalam sastra dan kebudayaan kita.
Meski kita tak lagi dapat bertemu dengan sosoknya yang gagah, kita masih bisa merasakan semangat yang berkobar dari semua yang pernah dilakukannya. Hal sekecil apa pun yang menganggunya seperti kemiskinan, kemanusiaan, sampai
politik, pernah dia angkat dalam karya puisi, teater, sampai diskusi yang dilakoninya.
Kini, untuk memperingati kelahiran dan kepulangan Rendra pada tanggal 7 November 1935 dan wafat pada 6 Agustus 2009, Dewan Kesenian Jakarta mengadakan satu rangkaian acara yang menarik dengan tajuk “Festival Rendra”.
Acara ini ditujukan untuk memuliakan seorang penyair, dramawan, sastrawan, pemikir dan juga pejuang kebudayaan yang penting buat kita itu. Dalam dirinya, tiap seniman generasi selanjutnya pun dapat menemukan ramuan yang unik, totalitas kesenimanan, kekerasan hati dan semangat diri Rendra dengan kalimatnya, “ kegagahan dalam kemiskinan”.
Semangat seperti itu dikobarkan kembali oleh sejumlah seniman dan lembaga kesenian di lingkungan Taman Ismail Marzuki (TIM), seperti Akademi Jakarta, Institut Kesenian Jakarta, juga Pusat Kesenian Jakarta untuk mendukung acara seperti pementasan teater berjudul Kereta Kencana, yang berlangsung saat pembukaan, disusul oleh pementasan teater Bib Bob yang dibawakan oleh Bengkel Teater, dan juga Monolog Burung Merak yang dibawakan Putu Wijaya. Pementasan Bib Bob ini bisa disebut penafsiran paling mutakhir atas karya monumental teater minikata Rendra oleh generasi terakhir Bengkel Teater.
Semangat Rendra
Selaku ketua pelaksana, Ratna Riantiarno mengatakan keinginannya membuat acara ini adalah bukan karena ingin ikut-ikutan, tetapi justru karena ingin meningkatkan semangat Rendra, “Saya percaya banyak generasi muda yang tak paham akan karya Rendra, nah, di sini peranan kami selaku Dewan Kesenian juga sahabat seniman besar seperti Rendra,” paparnya kepada SH saat ditemui di Galeri Café, TIM, Kamis (19/11).
Ratna pun tak hanya mengadakan pementasan teater, tetapi juga diskusi buku, pameran sejumlah dokumentasi seperti foto, poster, naskah, fotokopi kliping Rendra dan Bengkel Teaternya. Di samping itu, juga akan diadakan pemutaran film. Sejumlah film yang dimainkan Rendra seperti Yang Muda Yang Bercinta dan Lari dari Blora, yang juga akan diputar di Kineforum, dapat Anda saksikan nanti.
Acara pembukaan berlangsung pada tanggal 26 November mendatang pada pukul 15.00-18.00 WIB, dimulai dari event di pelataran TIM berupa karnaval dengan melibatkan mahasiswa IKJ dan juga siswa yang tergabung dalam komunitas teater SLTA se-Jakarta.
Ratna pun mengatakan, “Setelah dari TIM lalu bergeser ke GBB, kemudian dilanjutkan dengan orasi untuk Rendra, semua seperti era Rendra di tahun 70-80-an,” paparnya, penuh semangat. Orasi dengan tajuk “ Rendra Yang Saya Kenal”, rencananya akan disuarakan oleh Adnan Buyung Nasution, Moerdiono, dan juga Ahmad Syafii Maarif.
Karena acara ini ingin mengenalkan kembali semangat Rendra, maka Ratna dan kawan-kawan seperti Adi Kurdi dan Misbach Yusa Biran yang turut hadir dalam jumpa pers itu, ingin mengumpulkan sebanyak-banyaknya sahabat Rendra, agar niat mengenalkan kembali semangat Rendra dalam jiwa generasi baru dapat tersampaikan. (cr-8)
Sumber: Sinar Harapan, Sabtu, 21 November 2009
No comments:
Post a Comment