Saturday, November 14, 2009

Paten Herbal Didului Malaysia

Jakarta, Kompas - Paten herbal dari hasil penelitian buah Aglaia silvestris, tanaman perdu endemik Kalimantan, didahului Malaysia. Padahal periset Indonesia bersama ilmuwan Amerika Serikat lebih dulu menemukan manfaat herbal tanaman tersebut untuk antikanker prostat dan antileukemia.

”Malaysia mengetahui potensinya besar sehingga dengan dana yang dimilikinya berusaha memberikan paten terlebih dahulu,” kata Kepala Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Leonardus Broto Sugeng Kardono, Jumat (13/11), seusai menyampaikan orasi pengukuhan profesor riset bidang kimia organik di LIPI.

Selain Kardono, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Hery Harjono serta Daliyo dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI juga dikukuhkan sebagai profesor riset, pada acara yang dipimpin Kepala LIPI Umar Anggoro Jenie itu.

Kardono menyampaikan bahwa pada tahun 2000 dia bersama ilmuwan Universitas Illinois, Amerika Serikat, berhasil mengidentifikasi buah Aglaia silvestris mengandung senyawa rocaglamide yang menunjukkan aktivitas antikanker prostat dan antileukemia.

Pada tahun 2002 dilanjutkan penelitian reidentifikasi Aglaia silvestris oleh ilmuwan Australia. Hasil reidentifikasi berhasil dan mengubah namanya menjadi Aglaia foveolata.

”Penelitian ilmuwan Australia itu juga menemukan senyawa antikanker prostat dan antileukemia pada Aglaia foveolata. Malaysia kemudian buru-buru membeli hasil riset Australia itu dan membuat patennya,” kata Kardono.

Alasan Malaysia untuk mematenkan adalah karena sumber daya genetik yang diambil ilmuwan Australia berasal dari wilayah Serawak. Menurut Kardono, riset sebelumnya sudah dilakukan di wilayah Kalimantan Tengah oleh periset Indonesia bersama Amerika Serikat. Namun, tidak sampai pada upaya mematenkan.

”Indonesia kaya akan tumbuhan obat. Namun, kalah cepat dengan Malaysia untuk urusan mematenkannya,” kata Kardono.

Standardisasi jamu

Salah satu upaya mengidentifikasi senyawa aktif herbal, Kardono di Pusat Penelitian Kimia LIPI membuat standardisasi jamu. Standardisasi dan pengendalian mutu jamu meliputi deskripsi morfologi, histologi, dan organoleptik.

Kemudian identifikasi analisis kualitatif (metode kimia dan kromatografi), uji kemurnian, susut pengeringan, total abu, abu yang larut dalam asam, kandungan ekstrak, kandungan minyak asiri, dan lain-lain.

”Dari sumber daya hayati di Indonesia sudah diperoleh sebanyak 49 senyawa potensial obat,” kata Kardono.

Geologi dan geofisika

Dalam orasi pengukuhan profesor riset bidang geologi dan geofisika, Hery Harjono menyatakan, pendekatan seismologi, paleoseismologi, ataupun melalui pemantauan global positioning system (GPS) dapat digunakan untuk mengetahui lokasi rawan gempa dan perkiraan besarnya kekuatan gempa.

”Perkiraan waktu akan terjadinya gempa belum bisa ditentukan,” kata Hery.

Kepala LIPI Umar Anggoro Jenie mengatakan bahwa Hery pada Juli 2004 pernah mengingatkan potensi gempa besar di barat Sumatera melalui sebuah brosur yang disampaikannya di DPR. Pada akhir tahun 2004 benar terjadi gempa besar dan tsunami di Aceh.

Profesor riset lain yang dikukuhkan di bidang kependudukan adalah Daliyo.

Dia mengungkapkan, tingkat konsumsi yang mendorong pertumbuhan ekonomi saat ini bukan dari masyarakat kelas bawah. Konsep pendayagunaan tenaga kerja masih paling cocok untuk negara pertanian. (NAW)

Sumber: Kompas, Sabtu, 14 November 2009

No comments: